Di dalam sebuah koridor yang penuh dengan barisan
pilar berwarna putih, gema langkah kaki manusia dan
binatang dapat terdengar.
Seorang gadis yang mengenakan armor ringan keabu-
abuan dengan pedang ramping yang tergantung di
pinggangnya berjalan di depan, rambut hitam
panjangnya sedikit berkibar. Mengikutinya, seekor naga
muda yang ditutupi bulu kekuningan mengayunkan ekor
panjang miliknya. Meskipun si naga masih cukup muda
karena tanduknya belum tumbuh, naga tersebut lebih
panjang dari si gadis.
Nama si gadis adalah Ronye Arabel. Dan nama si naga
adalah Tsukigake.
Meskipun mereka berada di negeri dongeng, keduanya
memancarkan kecantikan tersendiri. Mereka berdua tak
bisa membayangkan jika mereka akan menjadi bagian
dari «Integrity Knights»...yang mana akan menjadi
kekuatan tempur terbesar Underworld dalam beberapa
tahun.
Faktanya, pada saat ini, setidaknya ada seratus orang
yang sebanding dengannya dalam menggunakan pedang
dan seni sihir, di dunia ini dan di Dark World jika
digabungkan.
Dalam pertempuran besar «Peperangan di Gerbang
Timur», dan kemudian «Pemberontakan Empat
Kerajaan»....Gadis tersebut selalu berada di garis depan.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, atas prestasi
keberaniannya dalam pertempuran, ia telah diangkat
menjadi seorang Murid "Integrity Knight".
Seperti itulah—
Meskipun kemampuan pedang si gadis berkembang
secara bertahap pada pertarungan, pada titik ini,
kemampuannya mulai memudar karena tak ada
kemungkinan teknik pedang si gadis dapat digunakan
dalam perang.
Karena Underworld akhirnya memperoleh kedamaian
setelah tiga ratus tahun penuh kekacauan.
Masyarakat Dunia Manusia, manusia Dataran Kegelapan,
para goblin, para orc, para ogre, dan para raksasa:
mereka ber-enam telah menanda tangani perjanjian
perdamaian. Empat kerajaan keluarga bangsawan yang
memiliki hak yang lebih tinggi untuk menindas
masyarakat awam juga telah dihapuskan. Tepat setelah
keruntuhan karena «Peperangan di Gerbang Timur»,
kereta perdagangan keluar masuk secara terus menerus
di dalam Centoria, kota pusat, turis dari Dark World bisa
terlihat dimanapun.
Sekali lagi, ketakutan serta kurangnya pemahaman yang
memisahkan kedua dunia, kini telah menghilang tanpa
jejak.
Si gadis dan si naga muda berlari melewati pilar -pilar
tersebut yang menghalangi matahari, Solus, untuk
membuat garis -garis cahaya. Di pinggangnya
tergantung sebuah pedang yang tidak akan pernah
ternoda oleh darah untuk kedua kalinya.
Katsu katsu...* *Pata pata...* dua pasang suara
langkah kaki terdengar, dan segera menghilang.
Di luar sana, seekor kupu -kupu besar muncul, ia
kembali menikmati kesunyian, dan tampak senang
menari di dalam koridor tersebut.
Bagian 1[edit ]
"Ronye~! Kesini! Kesini!"
Sebuah suara memanggil. Itu terjadi ketika Ronye
menatap sosok berambut merah yang berjinjit sambil
melompat-lompat di balik kerumunan.
Bersama, mereka berdua melewati kerumunan tersebut,
sambil menundukkan kepala dan berkata 'permisi,
permisi'. Orang-orang seperti pegawai maupun juru
masak berkumpul bersama, sementara penyihir bekerja di
Cathedral membuat ruang. Muncul untuk mengganggu,
wajah-wajah berbalik kearah mereka berdua. "Fu-n...fu-
n..." di belakang Ronye, suara dengusan terdengar ketika
Tsukigake menyadarinya. Karena ketakutan, kerumunan
orang-orang tadi menyingkir dari jalan. Karena
pandangan itu, si pemilik naga membungkuk lebih
rendah.
Setelah berusaha sampai ke barisan paling depan, Ronye
beristirahat dan mengambil nafas dalam-dalam.
"Mo~! Kamu sungguh terlambat! Acaranya hampir
dimulai nih!"
Sahabat berambut merahnya ini menggelembungkan
pipinya dihadapan Ronye.
Pekori...* dengan cepat menundukkan kepalanya, ia
meminta maaf untuk terakhir kalinya.
"Maafkan aku, aku bingung memilih pakaianku..."
"'Bingung katamu...kamu terlihat memakai pakaian yang
biasa kamu kenakan..."
Nama gadis yang menunjukkan wajah kesal adalah Tieze
Shtolienen. Seperti Ronye, ia juga adalah seorang Murid
Integrity Knight. Rambutnya, seperti matanya berwarna
seperti daun di musim gugur; matanya memancarkan
cahaya, ia mengenakan tunik lucu dan rok yang terbuat
dari wol. Ikat pinggang cantik berwarna merah
dipakainya sekarang ini; tampaknya cara berpakaian
dengan aksesoris yang ia kenakan sungguh cocok.
Seperti yang diduga, ia mengenakan syal yang dibuat di
daerah selatan yang ia beli minggu lalu; sementara
Ronye menyesal tidak membelinya, ia mengganti
pandangannya, melihat para naga yang ada di belakang
Tieze, Shimosaki, naga yang dipelihara Tieze, serta
Tsukigake saling berhadapan dan menggosok moncong
mereka; melihat lebih jauh, ada anak muda yang terlihat
membuat wajah cengengesan, tersenyum dan tersenyum.
Memanggilnya 'anak muda' ketimbang 'bocah'
sepertinya lebih cocok karena penampilan luarnya yang
terlihat tenang— meskipun ia memiliki pedang panjang
yang mencolok serta pisau lempar yang berbentuk 'ku'
[1] tergantung di sabuknya. Pedangnya memancarkan
jumlah "Priority" yang begitu besar, pisau lemparnya
juga tak biasa.
Armor tipis yang terbuat dari perak dan termasuk Kelas
Armor "Sacred", tak banyak armor seperti itu ada di
Dunia Manusia.
Dengan cepat mengangkat tangannya sejajar armor di
dadanya, Ronye lalu membungkuk secara formal, sebuah
sapaan bagi seorang kesatria.
"Selamat pagi, Renri-sama."
Lalu, di sisi lain para naga, Integrity Knight Renri
Synthesis Forty-Nine menjawab dengan senyum masam.
"Selamat pagi, Ronye-san. ...kamu tak perlu bersikap
formal, festival-nya telah menunggu."
"Festival... festival apa?"
Ia membalikkan kepalanya secara reflex. Hari ini, hari ke
tujuh belas pada bulan ke-2, berdasarkan kalender
adalah bukan hari libur. Meskipun berdasarkan seruan
<<Hukum Dasar Underworld>> tahun lalu, ataupun
<<Taboo Index>> yang telah direvisi saat ini, tak tertulis
sebaris pun pada dokumen tersebut yang menyatakan
jika hari ini adalah hari yang perlu dirayakan.
Akan tetapi, melihat kesekitar pada plaza utama Central
Catherdal yang luas, semua karyawan masuk kedalam
karena banyaknya jumlah penonton bahagia yang
membanjiri, dengan teh, anggur, dan makanan ringan
disatu tangan, mereka tampak membuat keributan besar.
Terlebih lagi, karena didalam Cathedral yang dikelilingi
tembok batu putih, hari ini masyarakat kelas menengah
Kota Pusat tampak nyaman-nyaman saja. Dari sisi kiri
dan kanan gerbang utama, jumlah penonton yang
memadati mungkin melebihi seribu orang.
"......Maa, dengan pengecualian atas berapa banyaknya
jumlah orang-orang yang datang, tampaknya ini bukan
suatu festival biasa kan. Hal ini tak bisa tertolong,
senpai......ketika Daihyokenshi-sama melakukan hal
semacam ini, banyak penonton yang selalu datang,
meskipun ia tidak berarti bagi mereka."
Tieze membuat ekspresi setengah kagum pada kata-kata
tersebut, bahkan ketika Ronye mengangguk.
"Jadi...... . Hari ini Cathedral tidak berhasil dihancurkan,
meskipun dikatakan begitu......"
Ketiga orang tersebut menatap kearah depan secara
bersamaan—
Sulit untuk mengatakan jasad Monster Putih diabadikan
dengan cara yang bermartabat.
Batu berwarna putih bersih yang menutupi bagian depan
plaza utama; satu sisi dari seratus mel terbagi menjadi
dua bagian oleh tali berwarna hitam dan kuning.
*Hyuru-hyuru,* suatu bunyi aneh terdengar,
gampangnya itu disebut, sebuah <<Metal Dragon
Statue>>.
Akan tetapi sebagai bukti jika itu bukanlah sebuah
patung biasa, bagian kepalanya yang runcing dan tajam
sebening kaca. Disisi kiri dan kanan tubuhnya, sayap
pendek menerjang dengan hebat; pengembangan yang
aneh dari pantat hingga kaki adalah dua pipa kecil yang
mendesak keluar.
Panjang keseluruhan patung tersebut katanya mencapai
lima mel, jika diukur dari bagian bawah pipa. Akan
tetapi, percikan api berwarna kekuningan sekilas terlihat
dari bagian bawah karena alasan yang tak diketahui.
… ...Hanya ada satu fakta yang ia yakini: perasaan yang
tidak enak akan segera terjadi.
Berguman seperti itu dalam pikirannya, Ronye berpaling
dari naga besi terbang, karena di sisi benda tersebut,
tiga sosok dengan sabar mengamati.
Segera setelahnya, Ronye menatap mereka bertiga,
karena menyadari wajah yang menoleh kearahnya tanpa
disadari. Seseorang–dengan rambut berwarna chestnut
yang berkibar karena tertiup angin, mengenakan rok
keabu-abuan, serta pedang tipis yang menggantung di
pinggangnya, seorang swordswoman muda, sosok
tersebut lalu melambaikan tangannya dan memberikan
isyarat beberapa kali sambil tersenyum.
Sadar akan beberapa ribu pasang mata yang menatapnya
sekaligus, Ronye merendahkan kepalanya serendah yang
ia bisa, dan setengah berlari pada jalan batu.
Ketika ia sampai disamping si pendekar pedang wanita,
ia melebarkan jari-nya sebagai tanda kesatria.
“Selamat Pagi, Vice-Representative-sama.”
“Selamat Pagi, Ronye-san. Hari ini adalah hari festival
dadakan. Kamu harus menikmatinya.”
“Kamu tak perlu selalu menambahkan <<-sama>>.”
Bibirnya sedikit mengkerut, tetapi bahasa tubuhnya
menunjukkan jika ia tidak bisa menerimanya.
Didapan mata Ronye, adalah wanita yang telah menjadi
senior Ronye untuk waktu singkat -- Vice-
Representative Swordsman Asuna untuk Dunia Manusia.
Bagi seluruh Underworld, katanya Representative
Swordsman telah sangat dihormati.
Karena, faktanya, ia diyakini sebagai reinkarnasi dari
<<Dewi Stacia>>, salah satu dari tiga tuhan yang
menciptakan Underworld.
Meskipun Asuna dengan keras menyangkal jika ia
perwujudan Kami-sama [2] , ketika Peperangan Besar,
Ronye telah menyaksikan dari jarak dekat ketika Asuna
menciptakan retakan besar ditanah dengan ayunan
pedangnya.
Setelah kejadian tersebut, Ronye tak bisa menghapus
<<sama>> dibelakang nama Asuna.
Ronye menguatkan kemauannya dan terus
menggelengkan kepalanya.
Asuna mengangkat bahu dan mengganti subjek
pembicaraan dengan senyum masam.
“Itu benar kan, Ronye-san. Jika kamu ini pemenang
pertama Tehnik Suci Sistem Phlogiston [3] , kan?”
“I-Iya.”
Ronye berkedip penuh kebingungan dan mengangguk
malu-malu. Karena hal itu, Asuna melanjutkan dengan
suara pelannya.
“Lalu... aku punya satu permintaan kecil. Ketika susunan
Phlogiston merusak penahannya, aku ingin kamu
memberitahuku.”
“E-eh...? Penahan Phlogiston...?”
Tidak menyadari maksud dari kata-kata tersebut
sementara waktu, Ronye mengedipkan matanya.
Pada tempat sebelumnya, didekat sosok Metal Dragon
Statue yang berdiri tegak, dua sosok laki-laki saling
berteriak, dan saling berargumen.
“Apa yang aku telah katakan, Kiri-bou [4] , adalah
berdasarkan perhitunganku, ‘Kaleng Kedap Udara’ yang
diberkati milikmu tidak akan bisa menahan timbulnya
panas meskipun sedikit Phlogiston didalam–walaupun
jika ada cukup bahan bakar untuk pendingin secara
gratis! Pada saat yang tepat, kamu ini sungguh buruk
ketika bekerja dengan bahan pendingin; pada situasi
seperti ini, jika satu faktor generasi dasar tertunda untuk
sementara, ‘Kaleng Kedap Udara’ milikmu akan segera
meledak dalam kedipan mata!”
Salah satu dari dua orang tersebut sedikit berteriak tak
jelas atas kata-kata kasarnya, terucap dari seorang pria
yang berumur sekitar lima puluh tahun, karena telah
tumbuh janggut dibawah rahangnya. Ronye mengenali
orang itu; biasa dikenal sebagai “Mudai”, pandai besi
yang memiliki kemampuan terhebat di Kota Pusat
Centoria. Sejak lama ia tinggal di pusat kota, dimasa
pensiunnya; ketika <<Pemberontakan Empat Kerajaan>>
dia bekerja sama dengan Liberation Army, dan telah
diresmikan sebagai Kepala Penasihat untuk Gudang
Persenjataan Cathedral.
Mudai-shi, yang cerewet dan penuh omelan, tampak
seperti anak kecil–
Memiliki rambut dan mata hitam, penampilan luarnya
pernah menjadi pemuda yang sangat luar biasa.
Dibalik jaket, celana panjang yang dijahit; semuanya
unik, namun aneh, semua pakaiannya berwarna hitam.
"Hei, hei, ayolah, aku telah sering mendengar penjelasan
ini, jadi seolah ada serangga yang berdengung
ditelingaku dan mengatakan berulang-ulang. Jadi, Mu-
san, bisakah kamu berhenti memanggilku 'Kiri-bou'? aku
tidak semuda itu."
pilar berwarna putih, gema langkah kaki manusia dan
binatang dapat terdengar.
Seorang gadis yang mengenakan armor ringan keabu-
abuan dengan pedang ramping yang tergantung di
pinggangnya berjalan di depan, rambut hitam
panjangnya sedikit berkibar. Mengikutinya, seekor naga
muda yang ditutupi bulu kekuningan mengayunkan ekor
panjang miliknya. Meskipun si naga masih cukup muda
karena tanduknya belum tumbuh, naga tersebut lebih
panjang dari si gadis.
Nama si gadis adalah Ronye Arabel. Dan nama si naga
adalah Tsukigake.
Meskipun mereka berada di negeri dongeng, keduanya
memancarkan kecantikan tersendiri. Mereka berdua tak
bisa membayangkan jika mereka akan menjadi bagian
dari «Integrity Knights»...yang mana akan menjadi
kekuatan tempur terbesar Underworld dalam beberapa
tahun.
Faktanya, pada saat ini, setidaknya ada seratus orang
yang sebanding dengannya dalam menggunakan pedang
dan seni sihir, di dunia ini dan di Dark World jika
digabungkan.
Dalam pertempuran besar «Peperangan di Gerbang
Timur», dan kemudian «Pemberontakan Empat
Kerajaan»....Gadis tersebut selalu berada di garis depan.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, atas prestasi
keberaniannya dalam pertempuran, ia telah diangkat
menjadi seorang Murid "Integrity Knight".
Seperti itulah—
Meskipun kemampuan pedang si gadis berkembang
secara bertahap pada pertarungan, pada titik ini,
kemampuannya mulai memudar karena tak ada
kemungkinan teknik pedang si gadis dapat digunakan
dalam perang.
Karena Underworld akhirnya memperoleh kedamaian
setelah tiga ratus tahun penuh kekacauan.
Masyarakat Dunia Manusia, manusia Dataran Kegelapan,
para goblin, para orc, para ogre, dan para raksasa:
mereka ber-enam telah menanda tangani perjanjian
perdamaian. Empat kerajaan keluarga bangsawan yang
memiliki hak yang lebih tinggi untuk menindas
masyarakat awam juga telah dihapuskan. Tepat setelah
keruntuhan karena «Peperangan di Gerbang Timur»,
kereta perdagangan keluar masuk secara terus menerus
di dalam Centoria, kota pusat, turis dari Dark World bisa
terlihat dimanapun.
Sekali lagi, ketakutan serta kurangnya pemahaman yang
memisahkan kedua dunia, kini telah menghilang tanpa
jejak.
Si gadis dan si naga muda berlari melewati pilar -pilar
tersebut yang menghalangi matahari, Solus, untuk
membuat garis -garis cahaya. Di pinggangnya
tergantung sebuah pedang yang tidak akan pernah
ternoda oleh darah untuk kedua kalinya.
Katsu katsu...* *Pata pata...* dua pasang suara
langkah kaki terdengar, dan segera menghilang.
Di luar sana, seekor kupu -kupu besar muncul, ia
kembali menikmati kesunyian, dan tampak senang
menari di dalam koridor tersebut.
Bagian 1[edit ]
"Ronye~! Kesini! Kesini!"
Sebuah suara memanggil. Itu terjadi ketika Ronye
menatap sosok berambut merah yang berjinjit sambil
melompat-lompat di balik kerumunan.
Bersama, mereka berdua melewati kerumunan tersebut,
sambil menundukkan kepala dan berkata 'permisi,
permisi'. Orang-orang seperti pegawai maupun juru
masak berkumpul bersama, sementara penyihir bekerja di
Cathedral membuat ruang. Muncul untuk mengganggu,
wajah-wajah berbalik kearah mereka berdua. "Fu-n...fu-
n..." di belakang Ronye, suara dengusan terdengar ketika
Tsukigake menyadarinya. Karena ketakutan, kerumunan
orang-orang tadi menyingkir dari jalan. Karena
pandangan itu, si pemilik naga membungkuk lebih
rendah.
Setelah berusaha sampai ke barisan paling depan, Ronye
beristirahat dan mengambil nafas dalam-dalam.
"Mo~! Kamu sungguh terlambat! Acaranya hampir
dimulai nih!"
Sahabat berambut merahnya ini menggelembungkan
pipinya dihadapan Ronye.
Pekori...* dengan cepat menundukkan kepalanya, ia
meminta maaf untuk terakhir kalinya.
"Maafkan aku, aku bingung memilih pakaianku..."
"'Bingung katamu...kamu terlihat memakai pakaian yang
biasa kamu kenakan..."
Nama gadis yang menunjukkan wajah kesal adalah Tieze
Shtolienen. Seperti Ronye, ia juga adalah seorang Murid
Integrity Knight. Rambutnya, seperti matanya berwarna
seperti daun di musim gugur; matanya memancarkan
cahaya, ia mengenakan tunik lucu dan rok yang terbuat
dari wol. Ikat pinggang cantik berwarna merah
dipakainya sekarang ini; tampaknya cara berpakaian
dengan aksesoris yang ia kenakan sungguh cocok.
Seperti yang diduga, ia mengenakan syal yang dibuat di
daerah selatan yang ia beli minggu lalu; sementara
Ronye menyesal tidak membelinya, ia mengganti
pandangannya, melihat para naga yang ada di belakang
Tieze, Shimosaki, naga yang dipelihara Tieze, serta
Tsukigake saling berhadapan dan menggosok moncong
mereka; melihat lebih jauh, ada anak muda yang terlihat
membuat wajah cengengesan, tersenyum dan tersenyum.
Memanggilnya 'anak muda' ketimbang 'bocah'
sepertinya lebih cocok karena penampilan luarnya yang
terlihat tenang— meskipun ia memiliki pedang panjang
yang mencolok serta pisau lempar yang berbentuk 'ku'
[1] tergantung di sabuknya. Pedangnya memancarkan
jumlah "Priority" yang begitu besar, pisau lemparnya
juga tak biasa.
Armor tipis yang terbuat dari perak dan termasuk Kelas
Armor "Sacred", tak banyak armor seperti itu ada di
Dunia Manusia.
Dengan cepat mengangkat tangannya sejajar armor di
dadanya, Ronye lalu membungkuk secara formal, sebuah
sapaan bagi seorang kesatria.
"Selamat pagi, Renri-sama."
Lalu, di sisi lain para naga, Integrity Knight Renri
Synthesis Forty-Nine menjawab dengan senyum masam.
"Selamat pagi, Ronye-san. ...kamu tak perlu bersikap
formal, festival-nya telah menunggu."
"Festival... festival apa?"
Ia membalikkan kepalanya secara reflex. Hari ini, hari ke
tujuh belas pada bulan ke-2, berdasarkan kalender
adalah bukan hari libur. Meskipun berdasarkan seruan
<<Hukum Dasar Underworld>> tahun lalu, ataupun
<<Taboo Index>> yang telah direvisi saat ini, tak tertulis
sebaris pun pada dokumen tersebut yang menyatakan
jika hari ini adalah hari yang perlu dirayakan.
Akan tetapi, melihat kesekitar pada plaza utama Central
Catherdal yang luas, semua karyawan masuk kedalam
karena banyaknya jumlah penonton bahagia yang
membanjiri, dengan teh, anggur, dan makanan ringan
disatu tangan, mereka tampak membuat keributan besar.
Terlebih lagi, karena didalam Cathedral yang dikelilingi
tembok batu putih, hari ini masyarakat kelas menengah
Kota Pusat tampak nyaman-nyaman saja. Dari sisi kiri
dan kanan gerbang utama, jumlah penonton yang
memadati mungkin melebihi seribu orang.
"......Maa, dengan pengecualian atas berapa banyaknya
jumlah orang-orang yang datang, tampaknya ini bukan
suatu festival biasa kan. Hal ini tak bisa tertolong,
senpai......ketika Daihyokenshi-sama melakukan hal
semacam ini, banyak penonton yang selalu datang,
meskipun ia tidak berarti bagi mereka."
Tieze membuat ekspresi setengah kagum pada kata-kata
tersebut, bahkan ketika Ronye mengangguk.
"Jadi...... . Hari ini Cathedral tidak berhasil dihancurkan,
meskipun dikatakan begitu......"
Ketiga orang tersebut menatap kearah depan secara
bersamaan—
Sulit untuk mengatakan jasad Monster Putih diabadikan
dengan cara yang bermartabat.
Batu berwarna putih bersih yang menutupi bagian depan
plaza utama; satu sisi dari seratus mel terbagi menjadi
dua bagian oleh tali berwarna hitam dan kuning.
*Hyuru-hyuru,* suatu bunyi aneh terdengar,
gampangnya itu disebut, sebuah <<Metal Dragon
Statue>>.
Akan tetapi sebagai bukti jika itu bukanlah sebuah
patung biasa, bagian kepalanya yang runcing dan tajam
sebening kaca. Disisi kiri dan kanan tubuhnya, sayap
pendek menerjang dengan hebat; pengembangan yang
aneh dari pantat hingga kaki adalah dua pipa kecil yang
mendesak keluar.
Panjang keseluruhan patung tersebut katanya mencapai
lima mel, jika diukur dari bagian bawah pipa. Akan
tetapi, percikan api berwarna kekuningan sekilas terlihat
dari bagian bawah karena alasan yang tak diketahui.
… ...Hanya ada satu fakta yang ia yakini: perasaan yang
tidak enak akan segera terjadi.
Berguman seperti itu dalam pikirannya, Ronye berpaling
dari naga besi terbang, karena di sisi benda tersebut,
tiga sosok dengan sabar mengamati.
Segera setelahnya, Ronye menatap mereka bertiga,
karena menyadari wajah yang menoleh kearahnya tanpa
disadari. Seseorang–dengan rambut berwarna chestnut
yang berkibar karena tertiup angin, mengenakan rok
keabu-abuan, serta pedang tipis yang menggantung di
pinggangnya, seorang swordswoman muda, sosok
tersebut lalu melambaikan tangannya dan memberikan
isyarat beberapa kali sambil tersenyum.
Sadar akan beberapa ribu pasang mata yang menatapnya
sekaligus, Ronye merendahkan kepalanya serendah yang
ia bisa, dan setengah berlari pada jalan batu.
Ketika ia sampai disamping si pendekar pedang wanita,
ia melebarkan jari-nya sebagai tanda kesatria.
“Selamat Pagi, Vice-Representative-sama.”
“Selamat Pagi, Ronye-san. Hari ini adalah hari festival
dadakan. Kamu harus menikmatinya.”
“Kamu tak perlu selalu menambahkan <<-sama>>.”
Bibirnya sedikit mengkerut, tetapi bahasa tubuhnya
menunjukkan jika ia tidak bisa menerimanya.
Didapan mata Ronye, adalah wanita yang telah menjadi
senior Ronye untuk waktu singkat -- Vice-
Representative Swordsman Asuna untuk Dunia Manusia.
Bagi seluruh Underworld, katanya Representative
Swordsman telah sangat dihormati.
Karena, faktanya, ia diyakini sebagai reinkarnasi dari
<<Dewi Stacia>>, salah satu dari tiga tuhan yang
menciptakan Underworld.
Meskipun Asuna dengan keras menyangkal jika ia
perwujudan Kami-sama [2] , ketika Peperangan Besar,
Ronye telah menyaksikan dari jarak dekat ketika Asuna
menciptakan retakan besar ditanah dengan ayunan
pedangnya.
Setelah kejadian tersebut, Ronye tak bisa menghapus
<<sama>> dibelakang nama Asuna.
Ronye menguatkan kemauannya dan terus
menggelengkan kepalanya.
Asuna mengangkat bahu dan mengganti subjek
pembicaraan dengan senyum masam.
“Itu benar kan, Ronye-san. Jika kamu ini pemenang
pertama Tehnik Suci Sistem Phlogiston [3] , kan?”
“I-Iya.”
Ronye berkedip penuh kebingungan dan mengangguk
malu-malu. Karena hal itu, Asuna melanjutkan dengan
suara pelannya.
“Lalu... aku punya satu permintaan kecil. Ketika susunan
Phlogiston merusak penahannya, aku ingin kamu
memberitahuku.”
“E-eh...? Penahan Phlogiston...?”
Tidak menyadari maksud dari kata-kata tersebut
sementara waktu, Ronye mengedipkan matanya.
Pada tempat sebelumnya, didekat sosok Metal Dragon
Statue yang berdiri tegak, dua sosok laki-laki saling
berteriak, dan saling berargumen.
“Apa yang aku telah katakan, Kiri-bou [4] , adalah
berdasarkan perhitunganku, ‘Kaleng Kedap Udara’ yang
diberkati milikmu tidak akan bisa menahan timbulnya
panas meskipun sedikit Phlogiston didalam–walaupun
jika ada cukup bahan bakar untuk pendingin secara
gratis! Pada saat yang tepat, kamu ini sungguh buruk
ketika bekerja dengan bahan pendingin; pada situasi
seperti ini, jika satu faktor generasi dasar tertunda untuk
sementara, ‘Kaleng Kedap Udara’ milikmu akan segera
meledak dalam kedipan mata!”
Salah satu dari dua orang tersebut sedikit berteriak tak
jelas atas kata-kata kasarnya, terucap dari seorang pria
yang berumur sekitar lima puluh tahun, karena telah
tumbuh janggut dibawah rahangnya. Ronye mengenali
orang itu; biasa dikenal sebagai “Mudai”, pandai besi
yang memiliki kemampuan terhebat di Kota Pusat
Centoria. Sejak lama ia tinggal di pusat kota, dimasa
pensiunnya; ketika <<Pemberontakan Empat Kerajaan>>
dia bekerja sama dengan Liberation Army, dan telah
diresmikan sebagai Kepala Penasihat untuk Gudang
Persenjataan Cathedral.
Mudai-shi, yang cerewet dan penuh omelan, tampak
seperti anak kecil–
Memiliki rambut dan mata hitam, penampilan luarnya
pernah menjadi pemuda yang sangat luar biasa.
Dibalik jaket, celana panjang yang dijahit; semuanya
unik, namun aneh, semua pakaiannya berwarna hitam.
"Hei, hei, ayolah, aku telah sering mendengar penjelasan
ini, jadi seolah ada serangga yang berdengung
ditelingaku dan mengatakan berulang-ulang. Jadi, Mu-
san, bisakah kamu berhenti memanggilku 'Kiri-bou'? aku
tidak semuda itu."