Sword Art Online UW

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Sword Art Online ( ソードアート・オンライン) Underworld Web Forum


    Hanya ada satu jalan keluar

    Admin
    Admin
    Admin


    Jumlah posting : 35
    Join date : 24.12.14
    Age : 29
    Lokasi : Indonesia

    Hanya ada satu jalan keluar Empty Hanya ada satu jalan keluar

    Post by Admin Wed Dec 31, 2014 9:54 am

    Edisi cerita pendek ini mengandung banyak informasi
    yang belum dipublikasikan di Dengeki Bunko [Sword Art
    Online]. Hati-hati terhadap spoiler.
    Kejadian hari ini selesai pada dini hari antara pukul 2
    dan 5 (tertawa). Isinya...seperti biasa, Kirito-shi dan
    seperti biasa, Asuna-san dan seperti biasa, Lyfa-san
    dan seperti biasa Lisbeth-san dan seperti biasa Silica-
    san dan seperti biasa Sinon-san dan seperti biasa Yui-
    san dan seperti biasa Alice-san. Yah, Alice tidak biasa
    sih......
    Dalam karya SAO ini, heroine-nya terus bertambah
    sebagaimana ceritanya berjalan, tapi struktur cerita SAO
    tidak bisa membiarkan sang protagonis Kirito-shi untuk
    menjawab dengan jelas, kalau saya mencoba mencari
    kesimpulan dari situasi ini, hanya bisa dalam bentuk
    semacam ini. Itulah yang saya pikirkan saat menulis
    cerita pendek ini.
    Kali ini juga, saat saya membaca ulang naskah...... saya
    merasa naskahnya jelek dari berbagai sisi. Tapi, yah,
    saya tak bisa berhenti berpikir kalau itulah, sedikit
    banyak, makna dari seri SAO (tertawa).
    『Arc Alicization』versi web memperkenalkan «Akselerasi
    Waktu Subjektif», dan gagasan itu nantinya digunakan di
    seri『Accelerated World』. Sang protagonis Haruyuki-kun
    juga dikelilingi oleh sejumlah cewek, namun Kirito-shi
    punya kepribadian yang berbeda, dalam situasi yang
    berbeda, dan mengambil kesimpulan yang berbeda. Saya
    berharap untuk bisa terus melanjutkan seri ini di masa
    depan.
    Ketika aku bangun dari kasur, sinar lembut matahari
    masuk melalui tirai berenda putih di jendela. Ini sendiri
    hanyalah kejadian biasa tanpa masalah atau perubahan
    drastis. Baru saja aku siap melanjutkan tidurku yang
    nyenyak, kedua mataku yang hampir tertutup mendadak
    terbuka lebar. ―――― Tunggu ... Tunggu sebentar!
    Ini... ini... ini terlalu aneh.
    Pertama-tama, kasur ini luar biasa besar dan lembut.
    Aku ―― Kirigaya Kazuto harusnya hanya menggunakan
    single bed [1] berisi busa di kamarku.
    Tapi sekarang, punggungku terasa seperti dilapisi oleh
    bulu lembut bermutu terbaik. Bahkan saat kugerakkan,
    tangan kiriku tak menyentuh dinding yang harusnya ada.
    Yang menutupiku bukanlah selimut halusku yang biasa,
    melainkan selimut sutra yang sangat lembut.
    Dan juga, entah mengapa langit-langitnya amat tinggi,
    dan aku tidak tahu apakah dekorasinya bergaya barat
    atau bergaya Jepang. Ditambah lagi, kandil[2] klasik
    yang indah tergantung di sana alih-alih lampu LED.
    Akhirnya, masuk dari celah-celah di jendela yang
    tertutup tirai tebal di sisi lain ruangan ―― Tirainya amat
    besar, mungkin itu jendela ganda ―― adalah cahaya
    matahari musim dingin dari sudut rendah.
    Bukannya sekarang pertengahan musim panas?
    Di akhir Agustus, liburan musim panas akan berakhir
    beberapa hari lagi, jadi aku dipenuhi rasa gelisah dan
    putus asa, menyerah, ketika aku menghadapi fakta: baru
    kemarin pagi, aku harus menahan dibakar oleh terik
    matahari, aku ingat memaksa diri untuk beranjak dari
    kasur dalam kondisi itu.
    Tetapi, saat ini, aku berada di kamar mewah tak dikenal,
    yang dinginnya bukan main, mungkin jika aku tak
    dilapisi dengan baik oleh selimut, aku akan sangat
    kedinginan. Bagaimanapun aku melihatnya, ini musim
    dingin, pagi musim dingin... kenapa bisa begini...
    Ketika itu, aku akhirnya ingat.
    Kemarin pagi, aku bangun di tengah panas, gosok gigi
    dengan mata setengah terbuka dan ganti baju. Selagi
    aku mempertimbangkan untuk mengerjakan PR musim
    panas, dan berjalan ke meja dengan enggan, aku
    ditelpon oleh orang yang bertanggung jawab atas
    departemen pengembangan RATH ―― Higa, yang
    mengeluarkan pernyataan resmi. Ada beberapa masalah
    dalam blokade di UW, dan dia ingin bantuanku untuk
    memecahkannya. Jadi, di hari yang teramat panas itu,
    protes keluar dari mulutku. Namun hatiku masih cukup
    bersemangat, melihat aku langsung bersepeda ke cabang
    RATH di Roppongi, menjalankan instruksi di layar dan
    masuk ke STL. Bahkan tanpa peduli untuk tahu
    situasinya, aku Dive in ―― dan bangun di kamar ini.
    Dengan kata lain, ruangan ini mungkin berada dalam
    bangunan di Di antara Bintang «Cardina», ibu kota
    Centoria di UW. Walau aku sudah lama menggunakan
    STL, aku masih sedikit takut pada efek dari fungsi
    akselerasi waktu karena ingatanku sebelum Dive akan
    sedikit kabur. Kalau aku ingin lupa, kenapa gak lupa
    lebih banyak lagi sih... misalnya fakta bahwa di dunia
    nyata, ada tiga hari lagi sebelum liburan musim panas
    berakhir...
    ...Sambil terus memikirkan hal sejenis itu, aku
    memutuskan untuk bangun sebelum berkata apa-apa,
    lalu meregangkan badanku lebar-lebar.
    Kemudian, begitu tangan dan jariku bergerak, aku
    menyentuh objek yang lembut dan hangat, membuatku
    kaget sedikit.
    Pelan-pelan aku menoleh ke kanan.
    Di sana, dengan pipi kirinya terkubur di bantal yang
    besar, ekspresi wajah yang damai, dan mengeluarkan
    suara tidur yang lembut, terbaring seorang gadis
    berambut kastanye. Wajahnya mungkin lebih banyak
    berada di dalam ingatanku dibanding wajahku sendiri,
    dialah Asuna, Yuuki Asuna.
    Kenapa bisa begini?
    Setelah ditelpon Higa, harusnya hanya aku yang Dive in.
    Bahkan kalaupun setelah itu mereka menemukan
    masalah, lalu Asuna juga ikut Dive in, kenapa kita tidur
    di kasur yang sama?
    Tapi sebelum masuk ke sana, ada yang harus kupastikan
    dulu.
    Perlahan-lahan aku berbalik dengan lembut, kali ini ke
    sebelah kiri.
    Tiba-tiba, sebuah cahaya emas berkilauan menusuk
    mataku.
    Meski cahaya mentari di musim dingin itu lemah, ia
    masih merefleksikan kilau rambut emas yang mulia itu
    dengan cemerlang. Memiliki bulu mata berwarna sama
    dan kulit putih yang terang, gadis itu terbaring dalam
    postur yang persis sama dengan Asuna di sebelah kanan
    ―― Alice, sang Integrity Knight - Alice Synthesis Fifty.
    Situasi ini di luar pemahamanku. Akan tetapi, ini masih
    merupakan awal dari kejutan yang dikirim langit.
    Di sisi lain Alice, ada sosok satu orang lagi.
    Kubuka mata dan mulutku, lalu perlahan menggerakkan
    penglihatanku ke atas.
    Di situ, yang tertidur dan melekuk seperti kucing, adalah
    seorang gadis berambut air yang pendek, sang sniper
    es, Sinon, Asada Shino.
    Kalau begini ceritanya, mungkin... mu-ng-kin――
    Aku berbalik ke kanan untuk menghadap ke arah Asuna.
    Di bawah selimut sutra, dengan wajah menghadap atas,
    dalam postur tidur yang lurus adalah si gadis yang
    rambut kuning-kehijauannya diikat ekor kuda, sang
    Swordsman Hijau, Lyfa... adik perempuanku, enggak,
    lebih tepatnya sepupu perempuanku, Kirigaya Suguha.
    .........Kasurnya sebesar apa sih?! Adalah yang kutanya
    pada diriku sendiri dalam hati.
    Walau ada lima orang tidur di atasnya, kasur ini masih
    punya tempat kosong, jadi aku tak akan kaget bila kasur
    ini kurang lebih 8 tatami (atau sekitar 13 meter persegi).
    Mengganti sprei kasur sebesar ini pasti sangat
    merepotkan.
    Pada saat ini, ada sesuatu yang menekan kaki kananku.
    Berdasarkan sudut penglihatanku, pelakunya bukan
    Asuna ―― sambil memaksa kepalaku untuk berhenti
    berpikir, menggeser kecepatan berpikirku ke gigi yang
    lebih rendah, aku mengangkat kepala lagi untuk melihat
    kakiku.
    Menggunakan kakiku sebagai bantal, dengan rambut
    merah muda menutupi wajahnya yang berbintik-bintik,
    gadis itu adalah sang master blacksmith ―― Lisbeth,
    Shinozaki Rika.
    Dan di sampingnya, dengan rambut berwarna teh jatuh
    ke kedua sisi, seorang gadis lembut tertidur dengan
    seekor naga berbulu menempel di dadanya, sang beast
    tamer ―― Silica, Ayano Keiko.
    Kasurnya bukan 8 tatami lagi, 10 tatami mungkin.
    Keluarga kerajaan Arab mungkin satu-satunya orang
    yang menggunakan kasur sejenis ini di dunia nyata.
    Meski berada di dunia virtual seperti UW, mereka yang
    punya kekuasaan adiministratif sekalipun tidak mampu
    untuk membuat item sesukanya, jadi kasur ini masih
    memerlukan pemotong kayu untuk memotong kayunya,
    lalu disusun oleh tukang kayu, dan akhirnya didirikan
    oleh pabrikan sebelum bisa disebut sebagai kasur. Ini
    tentunya pekerjaan yang sangat amat merepotkan....
    berapa harga kasur ini?
    Selagi aku berpikir macam-macam dan lari dari
    kenyataan, kali ini, ditutupi oleh selimut diantara aku
    dan Asuna, di tempat sebesar satu meter itu, ada
    sesuatu yang bergerak perlahan.
    Sesuatu itu pelan-pelan mendaki ke dadaku mulai dari
    perut, lalu dari ujung selimut muncullah suatu kepala.
    Umurnya 8 tahun, gadis kecil dengan rambut lurus yang
    indah, matanya masih mengantuk, mendekat untuk
    melihat wajahku, lalu berkedip, tersenyum dan berkata,
    "Selamat pagi, Papa!"
    "En... Selamat pagi, Yui."
    Kalau kasurnya 10 tatami, maka kamar ini pasti lebih dari
    30 tatami.
    Sejam setelah aku bangun, aku, Asuna, Yui, Alice, Sinon,
    Lisbeth, Lyfa, Silica and Pina, totalnya delapan orang
    tambah satu, duduk melingkar bersama di meja di bagian
    selatan kamar.
    Sekarang, para gadis tinggal di dapur untuk menyiapkan
    teh dan air Siral. Selagi meminum minuman jeruk yang
    rasanya akrab, aku bertanya keras-keras,
    "Hei, kita dimana?"
    Alice yang menjawab,
    "Berdasarkan pemandangan di luar jendela, kita
    harusnya ada di pinggiran utara Centoria, di bekas
    wilayah pribadi «Bangsawan» di daerah ini."
    Seusai bicara dalam nada tegasnya yang tak pernah
    berubah, ia menarik rambut emasnya ke satu sisi, sambil
    mendekatkan cangkir tehnya ke bibir.
    "Er... em... aku belum pernah datang ke sini, terlebih
    lagi, kita diam-diam melewati perbatasan ke tempat ini,
    kita bisa dipenjara..."
    Setelah aku bicara, Lyfa membuka matanya lebar-lebar
    dan berucap, "Whoa, kejam banget, Onii-chan bisa hidup
    beberapa tahun di tempat yang aman."
    "Ahaha, memang begitu, tapi menantang peraturan dan
    membuat GM marah adalah keahlian khusus yang
    dibanggakan Kirito."
    Semuanya tertawa mendengar komentar Asuna.
    Meski agak telat untuk mengatakan ini setelah semuanya
    bangun di kasur yang sama, ketujuh cewek itu
    semuanya mengenakan piyama putih yang desainnya
    sama, jadi situasi sekarang ini penuh dengan rasa
    imoral. Walau tekstur pakaiannya tampak sangat tipis,
    karena ada pemanas yang kuat, kamar ini terasa hangat.
    Bahkan aku pun hanya mengenakan piyama katun
    hitamku yang biasa.
    Bila aku tidak di meja, situasi ini akan terlihat bagai
    lukisan impresionis yang indah.
    Meskipun begitu, aku tak bisa mengatakan "Sekarang
    semuanya terserah kalian" dan lalu kabur melalui
    jendela.
    Tidak... barangkali situasi ini terjadi dengan paksa...
    Walau aku takut akan firasatku sendiri, tapi ada sesuatu
    yang harus dikonfirmasi dengan jelas. Kuhabiskan air
    Siral yang sekarang sudah suam dalam sekali teguk, lalu
    meletakkan cangkirnya di meja. Perhatian semuanya
    tertuju padaku. Setelah berdeham, akhirnya kuucapkan
    pertanyaan ini,
    "....Ini... situasi ini sungguhan...? Aku sama sekali gak
    tahu semuanya Dive in bersama ke sini..."
    Tiba-tiba, para gadis mulai bertukar pandangan, jadilah
    aku mengerti.
    Mereka sudah selesai berdiskusi, dan tahu mengapa ini
    terjadi.
    Dalam hati, rasa takut dari firasat tadi makin memburuk.
    Ahem, Lisbeth berdeham, dan berkata,
    "Kalau begitu... aku akan menjelaskan semuanya."
    "M-Maaf merepotkan."
    "Ini semua dimulai karena.... liburan musim panas akan
    berakhir."
    "Aha?"
    Terkejut, kubuka mata dan berpikir ―― Memang, buat
    seorang pelajar, liburan musim panas ini sangat
    mempesona.
    Tiga hari lagi sebelum berakhir.
    Tidak perlu lagi menyebut masalahnya, bukan,
    tragedinya, sebab semuanya sudah tahu.
    Aku benar-benar setuju dengan kata-kata itu, tapi apa
    hubungannya dengan situasi kita sekarang ini?
    "...Ah, begitu... karena liburan musim panas hampir
    selesai, jadi kita harus melakukan aktivitas terakhir kita
    bersama-sama, makanya kita bareng-bareng
    mengunjungi UW?"
    Kumiringkan kepalaku, berspekulasi dalam hati.
    "Ini ide yang bagus, tapi bukannya kalian bisa bilang
    langsung saja padaku dari awal?"
    Para gadis menggelengkan kepala mereka bersamaan,
    kemudian Lisbeth membuka mulut dan berujar,
    "Tentang itu, masalahnya gak segampang yang kamu
    kira, aku dan Asuna sudah kelas tiga, ini mungkin
    liburan musim panas terakhir kami!"
    Memang, dari semua yang ada disini, yang paling tua
    adalah Alice yang berumur 20 tahun, diikuti oleh Asuna
    dan Liz yang berumur 18 tahun. Aku dan Sinon 17, Silica
    dan Lyfa 16, dan yang paling muda tentu Yui. Kalau
    kuhitung waktu yang kujalani di UW, mungkin aku
    kurang lebih seumuran Alice. Tapi di dunia nyata aku
    hanyalah anak SMA kelas dua.
    Liz mengarahkan jarinya padaku, lalu melanjutkan
    ucapannya.
    "Liburan musim panas kelas tiga kami hampir selesai,
    artinya... emm... Satu babak dalam hidup kami akan
    segera berakhir! Kalau memakai istilah MMO, ini artinya
    kami di ronde kedua, yang berarti kita harus memulai
    masa latihan yang panjang dan berat."
    ――Mahasiswa atau anggota masyarakat mungkin punya
    hak untuk ngomongin ini ―― adalah yang tadinya ingin
    kuucapkan, tapi sekarang aku bisa mengerti apa
    masalahnya.
    "Oh, oh... mungkin."
    Melihatku mengangguk, Liz menatapku dengan paksa,
    dan berkata dengan tenang,
    "Kamu akan ngerti gimana rasanya di liburan musim
    panas tahun depan."
    Pendeknya, kulihat kalendar, sambil membatin "Setelah
    liburan musim panas selesai ada ujian."
    Mendadak ada yang melintas di pikiranku.
    Sesudah itu Liz memerah tanpa alasan yang jelas, dan
    menundukkan kepala. Melihat situasi ini, dengan
    nadanya yang dingin, Sinon menyambung penjelasan,
    "Walau aku masih kelas dua, aku mengerti perasaan Liz
    dan Asuna, bagaimanapun, aku ingin bekerja nantinya.
    Meski... meski memperhitungkan dunia nyata, kita harus
    mulai melihat kenyataan. Aku gak bilang aku benci atau
    gak mau tumbuh dewasa, tapi kalau begini terus, akan
    ada masalah lain yang muncul."
    "M-Masalah?"
    "Iya, masalah, «Alliance» kita mau diapain?"
    "Ah? Alliance?"
    Mendengar kata asing ini, sekali lagi pikiranku tersesat.
    Apa itu asosiasi ALO? Tapi aku gak pernah dengar...
    Diam-diam melirikku saat aku sedang berpikir, Sinon
    berucap,
    "Singkatannya ―― KKA, nama resminya adalah Kirito
    Kataomoi Alliance." [3]
    "..........................................................."
    ――Dalam situasi semacam ini, mampu merespon dengan
    baik adalah keahlian yang tak pernah kulatih, jadi aku
    hanya bisa berdiri membeku di sana, tapi kalau dipikir
    lagi, mungkin ini salah satu dari sedikit solusi yang
    ada...
    Di sisi lain, buat Sinon mengatakan hal ini... Aku perlu
    bilang aku tidak terkejut dengan Sinon. Dengan tekad
    seteguh ini, tidak mengejutkan bagi dia untuk menjadi
    sniper terkuat di GGO.
    Sinon mempertahankan wajah tegangnya,
    membentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan
    mengaku,
    "Meski agak sedikit terlambat, tapi sejujurnya, aku dan
    Liz, Lyfa, Silica diam-diam membuat alliance bersama,
    melindungi kamu dan Asuna. Lagian, gak ada yang yakin
    bisa menghadapi Asuna dengan percaya diri."
    Di momen ini, Asuna yang duduk di sebelah kananku,
    mendadak jadi 80% malu, dan 20% sisanya adalah
    ekpresi yang tak kumengerti, kepalanya menyusut, dan
    di sebelah kiriku, Alice, bertingkah bagai ksatria,
    menekan perasaannya agar orang lain tak bisa membaca
    ekspresi wajahnya sambil terus minum teh.
    Yang membuka mulut setelah Sinon adalah Lyfa. Berbeda
    dengan Sinon, wajahnya merah, dan dengan sayu dia
    berkata,
    "I-Itu... Aku puas hanya dengan di sisi Onii-chan. Tapi
    waktu kami di ALO, saat aku minum teh bersama Liz dan
    Sinon, semuanya terlihat galau. Berada di sisi Onii-chan
    saja sudah susah, dan suatu hari nanti, Onii-chan akan
    pergi untuk melanjutkan sekolah atau mencari pekerjaan.
    Dan perlahan-lahan mulai jarang main bareng kami dan
    gak datang ke ALO lagi. Lingkungan di sekitar kita
    pelan-pelan berubah... dan akhirnya... mungkin saja
    perasaan ini sekalipun akan menghilang... ya kan?"
    Tiba-tiba, Lyfa menitikkan air mata, aku pun merasa
    dadaku sempit.
    Silica, yang ada di sampingnya, menunduk ke bawah
    sambil menggenggam tangan Lyfa, dan mulai berkata,
    "Ka... kami juga tahu kalau gak ada solusi gampang
    untuk ini, tapi kita gak ingin pasrah saja sebelum
    selesai."
    Saat ini... ketika kami sedang menangis bersama, Alice
    berujar,
    "Dunia nyata bukan cuma satu."
    "Eh......."
    Kupandang wajah ksatria itu sekali lagi, senyuman
    samar nampak muncul dari pipi putihnya. Alisnya yang
    tadi terkulai bergerak ke atas, dan ia memandangku
    dengan matanya yang biru kobalt.
    "――Buatku, dunia nyata atau UW, keduanya adalah
    kenyataan, dan dalam kenyataan kita gak bisa mengubah
    arus waktu."
    "I-Ini... ini benar-benar........."
    "Aku sendiri datang menghadap Asuna, menundukkan
    kepala dan memohon kepadanya, untuk memberikan
    mereka... bukan, 'kami' satu kesempatan untuk hidup di
    kenyataan yang lain, supaya di dunia nyata, kami punya
    kenangan indah yang bertahan sampai akhir hayat. Dan
    kalau bisa, juga memberikan kami sesuatu yang bisa
    jadi bukti nyata."
    Ucapan Alice sungguh sulit dimengerti, jadi aku cuma
    bisa mendengarkan, dan akhirnya menghadap Asuna,
    gadis yang kutemui pertama kali, dan yang melalui
    banyak petualangan bersamaku, ia mengangkat
    kepalanya, dan memandangku dengan matanya yang
    berwarna kemiri.
    "......Aku cukup khawatir, aku juga telah banyak
    merenung, tapi... aku dan Kirito, Alice, Sinon, Lyfa, Liz,
    Silica, juga Yui, jika semuanya bisa bahagia... Jika hal
    semacam ini sungguh ada, maka aku akan mengulurkan
    tangan... dan mencobanya......"
    "Semuanya... bersama."
    Di depan aku yang bergumam sendiri, Lisbeth
    melanjutkan dengan nada yang sama saat ia mulai
    bicara,
    "Karena itu, semuanya Dive in bersama ke UW memakai 6
    unit STL."
    Dia tersenyum bersemangat,
    "Kami semua bisa menikahi kamu karena dunia ini!"
    Dan Yui yang masih duduk di pangkuanku, tiba-tiba
    berbalik dan berucap,
    "Walau aku masih sedikit ragu, tapi karena etika dan
    peraturan di dunia nyata gak berlaku di tempat ini, maka
    ini bukan termasuk ketidaksetiaan, Papa."
    Untuk beberapa saat, yang bisa kulakukan hanyalah
    memegang cangkirku sambil duduk terdiam di kursi. Aku
    bahkan tak berpikir sedalam ini, dan tidak bisa
    memastikan apakah ini kenyataan atau mimpi yang
    dibangun oleh STL.
    Tetapi aku gak bisa duduk begini terus, jadi lebih baik
    kuangkat kepalaku, dan berucap,
    "Itu... sebentar, boleh aku memastikan fakta paling
    sederhana terlebih dulu......?"
    "Silakan," adalah jawaban Sinon.
    "Setahuku, sistem pernikahan di UW... itu, gimana
    bilangnya, bukannya sistemnya itu satu suami satu
    istri?"
    Alice yang menjawab.
    "Benar, tapi ksatria tingkat tiga dan atasnya bukan
    subyek dari larangan ini, ditambah lagi kamu, apa
    namanya... «Account»? Kewenanganmu harusnya lebih
    tinggi dari kaisar."
    "......Begitu."
    Mengangguk, aku sekalipun tak bisa menemukan jalan
    untuk kabur.
    Dengan canggung kupandang ketujuh gadis yang ada di
    meja satu per satu, lalu kugunakan ekpresi dan suaraku
    yang paling serius, dan berkata pelan,
    "......Kenangan... eh, itu... sebenarnya, aku sungguh gak
    punya kualifikasi macam itu... tapi aku sangat senang
    buat perasaan kalian, meski ini terlalu tiba-tiba, jadinya
    aku masih gak tahu gimana caranya buat mengatur
    perasaanku dengan benar, namun kalau untuk kenangan
    indah itu, hal semacam pernikahan, dan kebutuhannya,
    maka kita gak punya waktu lagi... masalahnya adalah
    kita Dive setelah sore, kalau kita semua buru-buru
    pulang malam ini, maka masih tersisa empat atau lima
    jam lagi, jadi apa aku harus bergegas mengambil baju,
    atau meminjam saja?"
    Usai mengutarakan pendapat, akhirnya aku merasakan
    kesadaran hatiku.
    Pernikahan di UW, dibandingkan pernikahan diantara
    player di sistem ALO, bobot yang direpresentasikannya
    sama sekali berbeda. Tapi di kenyataan lain, pernikahan
    sungguhan, bila dengan melakukan ini, cewek-cewek itu
    bisa mendapatkan kenangan indah yang bertahan
    sampai akhir hayat, maka aku――
    "...Pertama-tama, ayo ke gereja terbesar di Centoria! Aku
    akan..."
    Saat aku mengatakan itu dan mulai beranjak, Asuna
    menarik lengan bajuku.
    "........?"
    "Tentang itu... Kirito, menurutku kita gak perlu buru-
    buru."
    "Eh, tapi kita cuma punya waktu kurang dari lima jam
    lagi..."
    "I-Itu... aku lupa bilang tadi... tapi..."
    Asuna melanjutkan,
    "Saat ini, UW memiliki akselerasi 10000 kali, jadi kita
    punya waktu lima puluh ribu jam lagi, jadi..."
    Yui akhirnya bilang,
    "Dua ribu delapan puluh tiga hari, kira-kira lima tahun
    delapan bulan."
    (Selesai)

      Waktu sekarang Sun Nov 24, 2024 11:56 pm