Edisi cerita pendek ini mengandung banyak informasi
yang belum dipublikasikan di Dengeki Bunko [Sword Art
Online]. Hati-hati terhadap spoiler.
Kejadian hari ini selesai pada dini hari antara pukul 2
dan 5 (tertawa). Isinya...seperti biasa, Kirito-shi dan
seperti biasa, Asuna-san dan seperti biasa, Lyfa-san
dan seperti biasa Lisbeth-san dan seperti biasa Silica-
san dan seperti biasa Sinon-san dan seperti biasa Yui-
san dan seperti biasa Alice-san. Yah, Alice tidak biasa
sih......
Dalam karya SAO ini, heroine-nya terus bertambah
sebagaimana ceritanya berjalan, tapi struktur cerita SAO
tidak bisa membiarkan sang protagonis Kirito-shi untuk
menjawab dengan jelas, kalau saya mencoba mencari
kesimpulan dari situasi ini, hanya bisa dalam bentuk
semacam ini. Itulah yang saya pikirkan saat menulis
cerita pendek ini.
Kali ini juga, saat saya membaca ulang naskah...... saya
merasa naskahnya jelek dari berbagai sisi. Tapi, yah,
saya tak bisa berhenti berpikir kalau itulah, sedikit
banyak, makna dari seri SAO (tertawa).
『Arc Alicization』versi web memperkenalkan «Akselerasi
Waktu Subjektif», dan gagasan itu nantinya digunakan di
seri『Accelerated World』. Sang protagonis Haruyuki-kun
juga dikelilingi oleh sejumlah cewek, namun Kirito-shi
punya kepribadian yang berbeda, dalam situasi yang
berbeda, dan mengambil kesimpulan yang berbeda. Saya
berharap untuk bisa terus melanjutkan seri ini di masa
depan.
Ketika aku bangun dari kasur, sinar lembut matahari
masuk melalui tirai berenda putih di jendela. Ini sendiri
hanyalah kejadian biasa tanpa masalah atau perubahan
drastis. Baru saja aku siap melanjutkan tidurku yang
nyenyak, kedua mataku yang hampir tertutup mendadak
terbuka lebar. ―――― Tunggu ... Tunggu sebentar!
Ini... ini... ini terlalu aneh.
Pertama-tama, kasur ini luar biasa besar dan lembut.
Aku ―― Kirigaya Kazuto harusnya hanya menggunakan
single bed [1] berisi busa di kamarku.
Tapi sekarang, punggungku terasa seperti dilapisi oleh
bulu lembut bermutu terbaik. Bahkan saat kugerakkan,
tangan kiriku tak menyentuh dinding yang harusnya ada.
Yang menutupiku bukanlah selimut halusku yang biasa,
melainkan selimut sutra yang sangat lembut.
Dan juga, entah mengapa langit-langitnya amat tinggi,
dan aku tidak tahu apakah dekorasinya bergaya barat
atau bergaya Jepang. Ditambah lagi, kandil[2] klasik
yang indah tergantung di sana alih-alih lampu LED.
Akhirnya, masuk dari celah-celah di jendela yang
tertutup tirai tebal di sisi lain ruangan ―― Tirainya amat
besar, mungkin itu jendela ganda ―― adalah cahaya
matahari musim dingin dari sudut rendah.
Bukannya sekarang pertengahan musim panas?
Di akhir Agustus, liburan musim panas akan berakhir
beberapa hari lagi, jadi aku dipenuhi rasa gelisah dan
putus asa, menyerah, ketika aku menghadapi fakta: baru
kemarin pagi, aku harus menahan dibakar oleh terik
matahari, aku ingat memaksa diri untuk beranjak dari
kasur dalam kondisi itu.
Tetapi, saat ini, aku berada di kamar mewah tak dikenal,
yang dinginnya bukan main, mungkin jika aku tak
dilapisi dengan baik oleh selimut, aku akan sangat
kedinginan. Bagaimanapun aku melihatnya, ini musim
dingin, pagi musim dingin... kenapa bisa begini...
Ketika itu, aku akhirnya ingat.
Kemarin pagi, aku bangun di tengah panas, gosok gigi
dengan mata setengah terbuka dan ganti baju. Selagi
aku mempertimbangkan untuk mengerjakan PR musim
panas, dan berjalan ke meja dengan enggan, aku
ditelpon oleh orang yang bertanggung jawab atas
departemen pengembangan RATH ―― Higa, yang
mengeluarkan pernyataan resmi. Ada beberapa masalah
dalam blokade di UW, dan dia ingin bantuanku untuk
memecahkannya. Jadi, di hari yang teramat panas itu,
protes keluar dari mulutku. Namun hatiku masih cukup
bersemangat, melihat aku langsung bersepeda ke cabang
RATH di Roppongi, menjalankan instruksi di layar dan
masuk ke STL. Bahkan tanpa peduli untuk tahu
situasinya, aku Dive in ―― dan bangun di kamar ini.
Dengan kata lain, ruangan ini mungkin berada dalam
bangunan di Di antara Bintang «Cardina», ibu kota
Centoria di UW. Walau aku sudah lama menggunakan
STL, aku masih sedikit takut pada efek dari fungsi
akselerasi waktu karena ingatanku sebelum Dive akan
sedikit kabur. Kalau aku ingin lupa, kenapa gak lupa
lebih banyak lagi sih... misalnya fakta bahwa di dunia
nyata, ada tiga hari lagi sebelum liburan musim panas
berakhir...
...Sambil terus memikirkan hal sejenis itu, aku
memutuskan untuk bangun sebelum berkata apa-apa,
lalu meregangkan badanku lebar-lebar.
Kemudian, begitu tangan dan jariku bergerak, aku
menyentuh objek yang lembut dan hangat, membuatku
kaget sedikit.
Pelan-pelan aku menoleh ke kanan.
Di sana, dengan pipi kirinya terkubur di bantal yang
besar, ekspresi wajah yang damai, dan mengeluarkan
suara tidur yang lembut, terbaring seorang gadis
berambut kastanye. Wajahnya mungkin lebih banyak
berada di dalam ingatanku dibanding wajahku sendiri,
dialah Asuna, Yuuki Asuna.
Kenapa bisa begini?
Setelah ditelpon Higa, harusnya hanya aku yang Dive in.
Bahkan kalaupun setelah itu mereka menemukan
masalah, lalu Asuna juga ikut Dive in, kenapa kita tidur
di kasur yang sama?
Tapi sebelum masuk ke sana, ada yang harus kupastikan
dulu.
Perlahan-lahan aku berbalik dengan lembut, kali ini ke
sebelah kiri.
Tiba-tiba, sebuah cahaya emas berkilauan menusuk
mataku.
Meski cahaya mentari di musim dingin itu lemah, ia
masih merefleksikan kilau rambut emas yang mulia itu
dengan cemerlang. Memiliki bulu mata berwarna sama
dan kulit putih yang terang, gadis itu terbaring dalam
postur yang persis sama dengan Asuna di sebelah kanan
―― Alice, sang Integrity Knight - Alice Synthesis Fifty.
Situasi ini di luar pemahamanku. Akan tetapi, ini masih
merupakan awal dari kejutan yang dikirim langit.
Di sisi lain Alice, ada sosok satu orang lagi.
Kubuka mata dan mulutku, lalu perlahan menggerakkan
penglihatanku ke atas.
Di situ, yang tertidur dan melekuk seperti kucing, adalah
seorang gadis berambut air yang pendek, sang sniper
es, Sinon, Asada Shino.
Kalau begini ceritanya, mungkin... mu-ng-kin――
Aku berbalik ke kanan untuk menghadap ke arah Asuna.
Di bawah selimut sutra, dengan wajah menghadap atas,
dalam postur tidur yang lurus adalah si gadis yang
rambut kuning-kehijauannya diikat ekor kuda, sang
Swordsman Hijau, Lyfa... adik perempuanku, enggak,
lebih tepatnya sepupu perempuanku, Kirigaya Suguha.
.........Kasurnya sebesar apa sih?! Adalah yang kutanya
pada diriku sendiri dalam hati.
Walau ada lima orang tidur di atasnya, kasur ini masih
punya tempat kosong, jadi aku tak akan kaget bila kasur
ini kurang lebih 8 tatami (atau sekitar 13 meter persegi).
Mengganti sprei kasur sebesar ini pasti sangat
merepotkan.
Pada saat ini, ada sesuatu yang menekan kaki kananku.
Berdasarkan sudut penglihatanku, pelakunya bukan
Asuna ―― sambil memaksa kepalaku untuk berhenti
berpikir, menggeser kecepatan berpikirku ke gigi yang
lebih rendah, aku mengangkat kepala lagi untuk melihat
kakiku.
Menggunakan kakiku sebagai bantal, dengan rambut
merah muda menutupi wajahnya yang berbintik-bintik,
gadis itu adalah sang master blacksmith ―― Lisbeth,
Shinozaki Rika.
Dan di sampingnya, dengan rambut berwarna teh jatuh
ke kedua sisi, seorang gadis lembut tertidur dengan
seekor naga berbulu menempel di dadanya, sang beast
tamer ―― Silica, Ayano Keiko.
Kasurnya bukan 8 tatami lagi, 10 tatami mungkin.
Keluarga kerajaan Arab mungkin satu-satunya orang
yang menggunakan kasur sejenis ini di dunia nyata.
Meski berada di dunia virtual seperti UW, mereka yang
punya kekuasaan adiministratif sekalipun tidak mampu
untuk membuat item sesukanya, jadi kasur ini masih
memerlukan pemotong kayu untuk memotong kayunya,
lalu disusun oleh tukang kayu, dan akhirnya didirikan
oleh pabrikan sebelum bisa disebut sebagai kasur. Ini
tentunya pekerjaan yang sangat amat merepotkan....
berapa harga kasur ini?
Selagi aku berpikir macam-macam dan lari dari
kenyataan, kali ini, ditutupi oleh selimut diantara aku
dan Asuna, di tempat sebesar satu meter itu, ada
sesuatu yang bergerak perlahan.
Sesuatu itu pelan-pelan mendaki ke dadaku mulai dari
perut, lalu dari ujung selimut muncullah suatu kepala.
Umurnya 8 tahun, gadis kecil dengan rambut lurus yang
indah, matanya masih mengantuk, mendekat untuk
melihat wajahku, lalu berkedip, tersenyum dan berkata,
"Selamat pagi, Papa!"
"En... Selamat pagi, Yui."
Kalau kasurnya 10 tatami, maka kamar ini pasti lebih dari
30 tatami.
Sejam setelah aku bangun, aku, Asuna, Yui, Alice, Sinon,
Lisbeth, Lyfa, Silica and Pina, totalnya delapan orang
tambah satu, duduk melingkar bersama di meja di bagian
selatan kamar.
Sekarang, para gadis tinggal di dapur untuk menyiapkan
teh dan air Siral. Selagi meminum minuman jeruk yang
rasanya akrab, aku bertanya keras-keras,
"Hei, kita dimana?"
Alice yang menjawab,
"Berdasarkan pemandangan di luar jendela, kita
harusnya ada di pinggiran utara Centoria, di bekas
wilayah pribadi «Bangsawan» di daerah ini."
Seusai bicara dalam nada tegasnya yang tak pernah
berubah, ia menarik rambut emasnya ke satu sisi, sambil
mendekatkan cangkir tehnya ke bibir.
"Er... em... aku belum pernah datang ke sini, terlebih
lagi, kita diam-diam melewati perbatasan ke tempat ini,
kita bisa dipenjara..."
Setelah aku bicara, Lyfa membuka matanya lebar-lebar
dan berucap, "Whoa, kejam banget, Onii-chan bisa hidup
beberapa tahun di tempat yang aman."
"Ahaha, memang begitu, tapi menantang peraturan dan
membuat GM marah adalah keahlian khusus yang
dibanggakan Kirito."
Semuanya tertawa mendengar komentar Asuna.
Meski agak telat untuk mengatakan ini setelah semuanya
bangun di kasur yang sama, ketujuh cewek itu
semuanya mengenakan piyama putih yang desainnya
sama, jadi situasi sekarang ini penuh dengan rasa
imoral. Walau tekstur pakaiannya tampak sangat tipis,
karena ada pemanas yang kuat, kamar ini terasa hangat.
Bahkan aku pun hanya mengenakan piyama katun
hitamku yang biasa.
Bila aku tidak di meja, situasi ini akan terlihat bagai
lukisan impresionis yang indah.
Meskipun begitu, aku tak bisa mengatakan "Sekarang
semuanya terserah kalian" dan lalu kabur melalui
jendela.
Tidak... barangkali situasi ini terjadi dengan paksa...
Walau aku takut akan firasatku sendiri, tapi ada sesuatu
yang harus dikonfirmasi dengan jelas. Kuhabiskan air
Siral yang sekarang sudah suam dalam sekali teguk, lalu
meletakkan cangkirnya di meja. Perhatian semuanya
tertuju padaku. Setelah berdeham, akhirnya kuucapkan
pertanyaan ini,
"....Ini... situasi ini sungguhan...? Aku sama sekali gak
tahu semuanya Dive in bersama ke sini..."
Tiba-tiba, para gadis mulai bertukar pandangan, jadilah
aku mengerti.
Mereka sudah selesai berdiskusi, dan tahu mengapa ini
terjadi.
Dalam hati, rasa takut dari firasat tadi makin memburuk.
Ahem, Lisbeth berdeham, dan berkata,
"Kalau begitu... aku akan menjelaskan semuanya."
"M-Maaf merepotkan."
"Ini semua dimulai karena.... liburan musim panas akan
berakhir."
"Aha?"
Terkejut, kubuka mata dan berpikir ―― Memang, buat
seorang pelajar, liburan musim panas ini sangat
mempesona.
Tiga hari lagi sebelum berakhir.
Tidak perlu lagi menyebut masalahnya, bukan,
tragedinya, sebab semuanya sudah tahu.
Aku benar-benar setuju dengan kata-kata itu, tapi apa
hubungannya dengan situasi kita sekarang ini?
"...Ah, begitu... karena liburan musim panas hampir
selesai, jadi kita harus melakukan aktivitas terakhir kita
bersama-sama, makanya kita bareng-bareng
mengunjungi UW?"
Kumiringkan kepalaku, berspekulasi dalam hati.
"Ini ide yang bagus, tapi bukannya kalian bisa bilang
langsung saja padaku dari awal?"
Para gadis menggelengkan kepala mereka bersamaan,
kemudian Lisbeth membuka mulut dan berujar,
"Tentang itu, masalahnya gak segampang yang kamu
kira, aku dan Asuna sudah kelas tiga, ini mungkin
liburan musim panas terakhir kami!"
Memang, dari semua yang ada disini, yang paling tua
adalah Alice yang berumur 20 tahun, diikuti oleh Asuna
dan Liz yang berumur 18 tahun. Aku dan Sinon 17, Silica
dan Lyfa 16, dan yang paling muda tentu Yui. Kalau
kuhitung waktu yang kujalani di UW, mungkin aku
kurang lebih seumuran Alice. Tapi di dunia nyata aku
hanyalah anak SMA kelas dua.
Liz mengarahkan jarinya padaku, lalu melanjutkan
ucapannya.
"Liburan musim panas kelas tiga kami hampir selesai,
artinya... emm... Satu babak dalam hidup kami akan
segera berakhir! Kalau memakai istilah MMO, ini artinya
kami di ronde kedua, yang berarti kita harus memulai
masa latihan yang panjang dan berat."
――Mahasiswa atau anggota masyarakat mungkin punya
hak untuk ngomongin ini ―― adalah yang tadinya ingin
kuucapkan, tapi sekarang aku bisa mengerti apa
masalahnya.
"Oh, oh... mungkin."
Melihatku mengangguk, Liz menatapku dengan paksa,
dan berkata dengan tenang,
"Kamu akan ngerti gimana rasanya di liburan musim
panas tahun depan."
Pendeknya, kulihat kalendar, sambil membatin "Setelah
liburan musim panas selesai ada ujian."
Mendadak ada yang melintas di pikiranku.
Sesudah itu Liz memerah tanpa alasan yang jelas, dan
menundukkan kepala. Melihat situasi ini, dengan
nadanya yang dingin, Sinon menyambung penjelasan,
"Walau aku masih kelas dua, aku mengerti perasaan Liz
dan Asuna, bagaimanapun, aku ingin bekerja nantinya.
Meski... meski memperhitungkan dunia nyata, kita harus
mulai melihat kenyataan. Aku gak bilang aku benci atau
gak mau tumbuh dewasa, tapi kalau begini terus, akan
ada masalah lain yang muncul."
"M-Masalah?"
"Iya, masalah, «Alliance» kita mau diapain?"
"Ah? Alliance?"
Mendengar kata asing ini, sekali lagi pikiranku tersesat.
Apa itu asosiasi ALO? Tapi aku gak pernah dengar...
Diam-diam melirikku saat aku sedang berpikir, Sinon
berucap,
"Singkatannya ―― KKA, nama resminya adalah Kirito
Kataomoi Alliance." [3]
"..........................................................."
――Dalam situasi semacam ini, mampu merespon dengan
baik adalah keahlian yang tak pernah kulatih, jadi aku
hanya bisa berdiri membeku di sana, tapi kalau dipikir
lagi, mungkin ini salah satu dari sedikit solusi yang
ada...
Di sisi lain, buat Sinon mengatakan hal ini... Aku perlu
bilang aku tidak terkejut dengan Sinon. Dengan tekad
seteguh ini, tidak mengejutkan bagi dia untuk menjadi
sniper terkuat di GGO.
Sinon mempertahankan wajah tegangnya,
membentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan
mengaku,
"Meski agak sedikit terlambat, tapi sejujurnya, aku dan
Liz, Lyfa, Silica diam-diam membuat alliance bersama,
melindungi kamu dan Asuna. Lagian, gak ada yang yakin
bisa menghadapi Asuna dengan percaya diri."
Di momen ini, Asuna yang duduk di sebelah kananku,
mendadak jadi 80% malu, dan 20% sisanya adalah
ekpresi yang tak kumengerti, kepalanya menyusut, dan
di sebelah kiriku, Alice, bertingkah bagai ksatria,
menekan perasaannya agar orang lain tak bisa membaca
ekspresi wajahnya sambil terus minum teh.
Yang membuka mulut setelah Sinon adalah Lyfa. Berbeda
dengan Sinon, wajahnya merah, dan dengan sayu dia
berkata,
"I-Itu... Aku puas hanya dengan di sisi Onii-chan. Tapi
waktu kami di ALO, saat aku minum teh bersama Liz dan
Sinon, semuanya terlihat galau. Berada di sisi Onii-chan
saja sudah susah, dan suatu hari nanti, Onii-chan akan
pergi untuk melanjutkan sekolah atau mencari pekerjaan.
Dan perlahan-lahan mulai jarang main bareng kami dan
gak datang ke ALO lagi. Lingkungan di sekitar kita
pelan-pelan berubah... dan akhirnya... mungkin saja
perasaan ini sekalipun akan menghilang... ya kan?"
Tiba-tiba, Lyfa menitikkan air mata, aku pun merasa
dadaku sempit.
Silica, yang ada di sampingnya, menunduk ke bawah
sambil menggenggam tangan Lyfa, dan mulai berkata,
"Ka... kami juga tahu kalau gak ada solusi gampang
untuk ini, tapi kita gak ingin pasrah saja sebelum
selesai."
Saat ini... ketika kami sedang menangis bersama, Alice
berujar,
"Dunia nyata bukan cuma satu."
"Eh......."
Kupandang wajah ksatria itu sekali lagi, senyuman
samar nampak muncul dari pipi putihnya. Alisnya yang
tadi terkulai bergerak ke atas, dan ia memandangku
dengan matanya yang biru kobalt.
"――Buatku, dunia nyata atau UW, keduanya adalah
kenyataan, dan dalam kenyataan kita gak bisa mengubah
arus waktu."
"I-Ini... ini benar-benar........."
"Aku sendiri datang menghadap Asuna, menundukkan
kepala dan memohon kepadanya, untuk memberikan
mereka... bukan, 'kami' satu kesempatan untuk hidup di
kenyataan yang lain, supaya di dunia nyata, kami punya
kenangan indah yang bertahan sampai akhir hayat. Dan
kalau bisa, juga memberikan kami sesuatu yang bisa
jadi bukti nyata."
Ucapan Alice sungguh sulit dimengerti, jadi aku cuma
bisa mendengarkan, dan akhirnya menghadap Asuna,
gadis yang kutemui pertama kali, dan yang melalui
banyak petualangan bersamaku, ia mengangkat
kepalanya, dan memandangku dengan matanya yang
berwarna kemiri.
"......Aku cukup khawatir, aku juga telah banyak
merenung, tapi... aku dan Kirito, Alice, Sinon, Lyfa, Liz,
Silica, juga Yui, jika semuanya bisa bahagia... Jika hal
semacam ini sungguh ada, maka aku akan mengulurkan
tangan... dan mencobanya......"
"Semuanya... bersama."
Di depan aku yang bergumam sendiri, Lisbeth
melanjutkan dengan nada yang sama saat ia mulai
bicara,
"Karena itu, semuanya Dive in bersama ke UW memakai 6
unit STL."
Dia tersenyum bersemangat,
"Kami semua bisa menikahi kamu karena dunia ini!"
Dan Yui yang masih duduk di pangkuanku, tiba-tiba
berbalik dan berucap,
"Walau aku masih sedikit ragu, tapi karena etika dan
peraturan di dunia nyata gak berlaku di tempat ini, maka
ini bukan termasuk ketidaksetiaan, Papa."
Untuk beberapa saat, yang bisa kulakukan hanyalah
memegang cangkirku sambil duduk terdiam di kursi. Aku
bahkan tak berpikir sedalam ini, dan tidak bisa
memastikan apakah ini kenyataan atau mimpi yang
dibangun oleh STL.
Tetapi aku gak bisa duduk begini terus, jadi lebih baik
kuangkat kepalaku, dan berucap,
"Itu... sebentar, boleh aku memastikan fakta paling
sederhana terlebih dulu......?"
"Silakan," adalah jawaban Sinon.
"Setahuku, sistem pernikahan di UW... itu, gimana
bilangnya, bukannya sistemnya itu satu suami satu
istri?"
Alice yang menjawab.
"Benar, tapi ksatria tingkat tiga dan atasnya bukan
subyek dari larangan ini, ditambah lagi kamu, apa
namanya... «Account»? Kewenanganmu harusnya lebih
tinggi dari kaisar."
"......Begitu."
Mengangguk, aku sekalipun tak bisa menemukan jalan
untuk kabur.
Dengan canggung kupandang ketujuh gadis yang ada di
meja satu per satu, lalu kugunakan ekpresi dan suaraku
yang paling serius, dan berkata pelan,
"......Kenangan... eh, itu... sebenarnya, aku sungguh gak
punya kualifikasi macam itu... tapi aku sangat senang
buat perasaan kalian, meski ini terlalu tiba-tiba, jadinya
aku masih gak tahu gimana caranya buat mengatur
perasaanku dengan benar, namun kalau untuk kenangan
indah itu, hal semacam pernikahan, dan kebutuhannya,
maka kita gak punya waktu lagi... masalahnya adalah
kita Dive setelah sore, kalau kita semua buru-buru
pulang malam ini, maka masih tersisa empat atau lima
jam lagi, jadi apa aku harus bergegas mengambil baju,
atau meminjam saja?"
Usai mengutarakan pendapat, akhirnya aku merasakan
kesadaran hatiku.
Pernikahan di UW, dibandingkan pernikahan diantara
player di sistem ALO, bobot yang direpresentasikannya
sama sekali berbeda. Tapi di kenyataan lain, pernikahan
sungguhan, bila dengan melakukan ini, cewek-cewek itu
bisa mendapatkan kenangan indah yang bertahan
sampai akhir hayat, maka aku――
"...Pertama-tama, ayo ke gereja terbesar di Centoria! Aku
akan..."
Saat aku mengatakan itu dan mulai beranjak, Asuna
menarik lengan bajuku.
"........?"
"Tentang itu... Kirito, menurutku kita gak perlu buru-
buru."
"Eh, tapi kita cuma punya waktu kurang dari lima jam
lagi..."
"I-Itu... aku lupa bilang tadi... tapi..."
Asuna melanjutkan,
"Saat ini, UW memiliki akselerasi 10000 kali, jadi kita
punya waktu lima puluh ribu jam lagi, jadi..."
Yui akhirnya bilang,
"Dua ribu delapan puluh tiga hari, kira-kira lima tahun
delapan bulan."
(Selesai)
yang belum dipublikasikan di Dengeki Bunko [Sword Art
Online]. Hati-hati terhadap spoiler.
Kejadian hari ini selesai pada dini hari antara pukul 2
dan 5 (tertawa). Isinya...seperti biasa, Kirito-shi dan
seperti biasa, Asuna-san dan seperti biasa, Lyfa-san
dan seperti biasa Lisbeth-san dan seperti biasa Silica-
san dan seperti biasa Sinon-san dan seperti biasa Yui-
san dan seperti biasa Alice-san. Yah, Alice tidak biasa
sih......
Dalam karya SAO ini, heroine-nya terus bertambah
sebagaimana ceritanya berjalan, tapi struktur cerita SAO
tidak bisa membiarkan sang protagonis Kirito-shi untuk
menjawab dengan jelas, kalau saya mencoba mencari
kesimpulan dari situasi ini, hanya bisa dalam bentuk
semacam ini. Itulah yang saya pikirkan saat menulis
cerita pendek ini.
Kali ini juga, saat saya membaca ulang naskah...... saya
merasa naskahnya jelek dari berbagai sisi. Tapi, yah,
saya tak bisa berhenti berpikir kalau itulah, sedikit
banyak, makna dari seri SAO (tertawa).
『Arc Alicization』versi web memperkenalkan «Akselerasi
Waktu Subjektif», dan gagasan itu nantinya digunakan di
seri『Accelerated World』. Sang protagonis Haruyuki-kun
juga dikelilingi oleh sejumlah cewek, namun Kirito-shi
punya kepribadian yang berbeda, dalam situasi yang
berbeda, dan mengambil kesimpulan yang berbeda. Saya
berharap untuk bisa terus melanjutkan seri ini di masa
depan.
Ketika aku bangun dari kasur, sinar lembut matahari
masuk melalui tirai berenda putih di jendela. Ini sendiri
hanyalah kejadian biasa tanpa masalah atau perubahan
drastis. Baru saja aku siap melanjutkan tidurku yang
nyenyak, kedua mataku yang hampir tertutup mendadak
terbuka lebar. ―――― Tunggu ... Tunggu sebentar!
Ini... ini... ini terlalu aneh.
Pertama-tama, kasur ini luar biasa besar dan lembut.
Aku ―― Kirigaya Kazuto harusnya hanya menggunakan
single bed [1] berisi busa di kamarku.
Tapi sekarang, punggungku terasa seperti dilapisi oleh
bulu lembut bermutu terbaik. Bahkan saat kugerakkan,
tangan kiriku tak menyentuh dinding yang harusnya ada.
Yang menutupiku bukanlah selimut halusku yang biasa,
melainkan selimut sutra yang sangat lembut.
Dan juga, entah mengapa langit-langitnya amat tinggi,
dan aku tidak tahu apakah dekorasinya bergaya barat
atau bergaya Jepang. Ditambah lagi, kandil[2] klasik
yang indah tergantung di sana alih-alih lampu LED.
Akhirnya, masuk dari celah-celah di jendela yang
tertutup tirai tebal di sisi lain ruangan ―― Tirainya amat
besar, mungkin itu jendela ganda ―― adalah cahaya
matahari musim dingin dari sudut rendah.
Bukannya sekarang pertengahan musim panas?
Di akhir Agustus, liburan musim panas akan berakhir
beberapa hari lagi, jadi aku dipenuhi rasa gelisah dan
putus asa, menyerah, ketika aku menghadapi fakta: baru
kemarin pagi, aku harus menahan dibakar oleh terik
matahari, aku ingat memaksa diri untuk beranjak dari
kasur dalam kondisi itu.
Tetapi, saat ini, aku berada di kamar mewah tak dikenal,
yang dinginnya bukan main, mungkin jika aku tak
dilapisi dengan baik oleh selimut, aku akan sangat
kedinginan. Bagaimanapun aku melihatnya, ini musim
dingin, pagi musim dingin... kenapa bisa begini...
Ketika itu, aku akhirnya ingat.
Kemarin pagi, aku bangun di tengah panas, gosok gigi
dengan mata setengah terbuka dan ganti baju. Selagi
aku mempertimbangkan untuk mengerjakan PR musim
panas, dan berjalan ke meja dengan enggan, aku
ditelpon oleh orang yang bertanggung jawab atas
departemen pengembangan RATH ―― Higa, yang
mengeluarkan pernyataan resmi. Ada beberapa masalah
dalam blokade di UW, dan dia ingin bantuanku untuk
memecahkannya. Jadi, di hari yang teramat panas itu,
protes keluar dari mulutku. Namun hatiku masih cukup
bersemangat, melihat aku langsung bersepeda ke cabang
RATH di Roppongi, menjalankan instruksi di layar dan
masuk ke STL. Bahkan tanpa peduli untuk tahu
situasinya, aku Dive in ―― dan bangun di kamar ini.
Dengan kata lain, ruangan ini mungkin berada dalam
bangunan di Di antara Bintang «Cardina», ibu kota
Centoria di UW. Walau aku sudah lama menggunakan
STL, aku masih sedikit takut pada efek dari fungsi
akselerasi waktu karena ingatanku sebelum Dive akan
sedikit kabur. Kalau aku ingin lupa, kenapa gak lupa
lebih banyak lagi sih... misalnya fakta bahwa di dunia
nyata, ada tiga hari lagi sebelum liburan musim panas
berakhir...
...Sambil terus memikirkan hal sejenis itu, aku
memutuskan untuk bangun sebelum berkata apa-apa,
lalu meregangkan badanku lebar-lebar.
Kemudian, begitu tangan dan jariku bergerak, aku
menyentuh objek yang lembut dan hangat, membuatku
kaget sedikit.
Pelan-pelan aku menoleh ke kanan.
Di sana, dengan pipi kirinya terkubur di bantal yang
besar, ekspresi wajah yang damai, dan mengeluarkan
suara tidur yang lembut, terbaring seorang gadis
berambut kastanye. Wajahnya mungkin lebih banyak
berada di dalam ingatanku dibanding wajahku sendiri,
dialah Asuna, Yuuki Asuna.
Kenapa bisa begini?
Setelah ditelpon Higa, harusnya hanya aku yang Dive in.
Bahkan kalaupun setelah itu mereka menemukan
masalah, lalu Asuna juga ikut Dive in, kenapa kita tidur
di kasur yang sama?
Tapi sebelum masuk ke sana, ada yang harus kupastikan
dulu.
Perlahan-lahan aku berbalik dengan lembut, kali ini ke
sebelah kiri.
Tiba-tiba, sebuah cahaya emas berkilauan menusuk
mataku.
Meski cahaya mentari di musim dingin itu lemah, ia
masih merefleksikan kilau rambut emas yang mulia itu
dengan cemerlang. Memiliki bulu mata berwarna sama
dan kulit putih yang terang, gadis itu terbaring dalam
postur yang persis sama dengan Asuna di sebelah kanan
―― Alice, sang Integrity Knight - Alice Synthesis Fifty.
Situasi ini di luar pemahamanku. Akan tetapi, ini masih
merupakan awal dari kejutan yang dikirim langit.
Di sisi lain Alice, ada sosok satu orang lagi.
Kubuka mata dan mulutku, lalu perlahan menggerakkan
penglihatanku ke atas.
Di situ, yang tertidur dan melekuk seperti kucing, adalah
seorang gadis berambut air yang pendek, sang sniper
es, Sinon, Asada Shino.
Kalau begini ceritanya, mungkin... mu-ng-kin――
Aku berbalik ke kanan untuk menghadap ke arah Asuna.
Di bawah selimut sutra, dengan wajah menghadap atas,
dalam postur tidur yang lurus adalah si gadis yang
rambut kuning-kehijauannya diikat ekor kuda, sang
Swordsman Hijau, Lyfa... adik perempuanku, enggak,
lebih tepatnya sepupu perempuanku, Kirigaya Suguha.
.........Kasurnya sebesar apa sih?! Adalah yang kutanya
pada diriku sendiri dalam hati.
Walau ada lima orang tidur di atasnya, kasur ini masih
punya tempat kosong, jadi aku tak akan kaget bila kasur
ini kurang lebih 8 tatami (atau sekitar 13 meter persegi).
Mengganti sprei kasur sebesar ini pasti sangat
merepotkan.
Pada saat ini, ada sesuatu yang menekan kaki kananku.
Berdasarkan sudut penglihatanku, pelakunya bukan
Asuna ―― sambil memaksa kepalaku untuk berhenti
berpikir, menggeser kecepatan berpikirku ke gigi yang
lebih rendah, aku mengangkat kepala lagi untuk melihat
kakiku.
Menggunakan kakiku sebagai bantal, dengan rambut
merah muda menutupi wajahnya yang berbintik-bintik,
gadis itu adalah sang master blacksmith ―― Lisbeth,
Shinozaki Rika.
Dan di sampingnya, dengan rambut berwarna teh jatuh
ke kedua sisi, seorang gadis lembut tertidur dengan
seekor naga berbulu menempel di dadanya, sang beast
tamer ―― Silica, Ayano Keiko.
Kasurnya bukan 8 tatami lagi, 10 tatami mungkin.
Keluarga kerajaan Arab mungkin satu-satunya orang
yang menggunakan kasur sejenis ini di dunia nyata.
Meski berada di dunia virtual seperti UW, mereka yang
punya kekuasaan adiministratif sekalipun tidak mampu
untuk membuat item sesukanya, jadi kasur ini masih
memerlukan pemotong kayu untuk memotong kayunya,
lalu disusun oleh tukang kayu, dan akhirnya didirikan
oleh pabrikan sebelum bisa disebut sebagai kasur. Ini
tentunya pekerjaan yang sangat amat merepotkan....
berapa harga kasur ini?
Selagi aku berpikir macam-macam dan lari dari
kenyataan, kali ini, ditutupi oleh selimut diantara aku
dan Asuna, di tempat sebesar satu meter itu, ada
sesuatu yang bergerak perlahan.
Sesuatu itu pelan-pelan mendaki ke dadaku mulai dari
perut, lalu dari ujung selimut muncullah suatu kepala.
Umurnya 8 tahun, gadis kecil dengan rambut lurus yang
indah, matanya masih mengantuk, mendekat untuk
melihat wajahku, lalu berkedip, tersenyum dan berkata,
"Selamat pagi, Papa!"
"En... Selamat pagi, Yui."
Kalau kasurnya 10 tatami, maka kamar ini pasti lebih dari
30 tatami.
Sejam setelah aku bangun, aku, Asuna, Yui, Alice, Sinon,
Lisbeth, Lyfa, Silica and Pina, totalnya delapan orang
tambah satu, duduk melingkar bersama di meja di bagian
selatan kamar.
Sekarang, para gadis tinggal di dapur untuk menyiapkan
teh dan air Siral. Selagi meminum minuman jeruk yang
rasanya akrab, aku bertanya keras-keras,
"Hei, kita dimana?"
Alice yang menjawab,
"Berdasarkan pemandangan di luar jendela, kita
harusnya ada di pinggiran utara Centoria, di bekas
wilayah pribadi «Bangsawan» di daerah ini."
Seusai bicara dalam nada tegasnya yang tak pernah
berubah, ia menarik rambut emasnya ke satu sisi, sambil
mendekatkan cangkir tehnya ke bibir.
"Er... em... aku belum pernah datang ke sini, terlebih
lagi, kita diam-diam melewati perbatasan ke tempat ini,
kita bisa dipenjara..."
Setelah aku bicara, Lyfa membuka matanya lebar-lebar
dan berucap, "Whoa, kejam banget, Onii-chan bisa hidup
beberapa tahun di tempat yang aman."
"Ahaha, memang begitu, tapi menantang peraturan dan
membuat GM marah adalah keahlian khusus yang
dibanggakan Kirito."
Semuanya tertawa mendengar komentar Asuna.
Meski agak telat untuk mengatakan ini setelah semuanya
bangun di kasur yang sama, ketujuh cewek itu
semuanya mengenakan piyama putih yang desainnya
sama, jadi situasi sekarang ini penuh dengan rasa
imoral. Walau tekstur pakaiannya tampak sangat tipis,
karena ada pemanas yang kuat, kamar ini terasa hangat.
Bahkan aku pun hanya mengenakan piyama katun
hitamku yang biasa.
Bila aku tidak di meja, situasi ini akan terlihat bagai
lukisan impresionis yang indah.
Meskipun begitu, aku tak bisa mengatakan "Sekarang
semuanya terserah kalian" dan lalu kabur melalui
jendela.
Tidak... barangkali situasi ini terjadi dengan paksa...
Walau aku takut akan firasatku sendiri, tapi ada sesuatu
yang harus dikonfirmasi dengan jelas. Kuhabiskan air
Siral yang sekarang sudah suam dalam sekali teguk, lalu
meletakkan cangkirnya di meja. Perhatian semuanya
tertuju padaku. Setelah berdeham, akhirnya kuucapkan
pertanyaan ini,
"....Ini... situasi ini sungguhan...? Aku sama sekali gak
tahu semuanya Dive in bersama ke sini..."
Tiba-tiba, para gadis mulai bertukar pandangan, jadilah
aku mengerti.
Mereka sudah selesai berdiskusi, dan tahu mengapa ini
terjadi.
Dalam hati, rasa takut dari firasat tadi makin memburuk.
Ahem, Lisbeth berdeham, dan berkata,
"Kalau begitu... aku akan menjelaskan semuanya."
"M-Maaf merepotkan."
"Ini semua dimulai karena.... liburan musim panas akan
berakhir."
"Aha?"
Terkejut, kubuka mata dan berpikir ―― Memang, buat
seorang pelajar, liburan musim panas ini sangat
mempesona.
Tiga hari lagi sebelum berakhir.
Tidak perlu lagi menyebut masalahnya, bukan,
tragedinya, sebab semuanya sudah tahu.
Aku benar-benar setuju dengan kata-kata itu, tapi apa
hubungannya dengan situasi kita sekarang ini?
"...Ah, begitu... karena liburan musim panas hampir
selesai, jadi kita harus melakukan aktivitas terakhir kita
bersama-sama, makanya kita bareng-bareng
mengunjungi UW?"
Kumiringkan kepalaku, berspekulasi dalam hati.
"Ini ide yang bagus, tapi bukannya kalian bisa bilang
langsung saja padaku dari awal?"
Para gadis menggelengkan kepala mereka bersamaan,
kemudian Lisbeth membuka mulut dan berujar,
"Tentang itu, masalahnya gak segampang yang kamu
kira, aku dan Asuna sudah kelas tiga, ini mungkin
liburan musim panas terakhir kami!"
Memang, dari semua yang ada disini, yang paling tua
adalah Alice yang berumur 20 tahun, diikuti oleh Asuna
dan Liz yang berumur 18 tahun. Aku dan Sinon 17, Silica
dan Lyfa 16, dan yang paling muda tentu Yui. Kalau
kuhitung waktu yang kujalani di UW, mungkin aku
kurang lebih seumuran Alice. Tapi di dunia nyata aku
hanyalah anak SMA kelas dua.
Liz mengarahkan jarinya padaku, lalu melanjutkan
ucapannya.
"Liburan musim panas kelas tiga kami hampir selesai,
artinya... emm... Satu babak dalam hidup kami akan
segera berakhir! Kalau memakai istilah MMO, ini artinya
kami di ronde kedua, yang berarti kita harus memulai
masa latihan yang panjang dan berat."
――Mahasiswa atau anggota masyarakat mungkin punya
hak untuk ngomongin ini ―― adalah yang tadinya ingin
kuucapkan, tapi sekarang aku bisa mengerti apa
masalahnya.
"Oh, oh... mungkin."
Melihatku mengangguk, Liz menatapku dengan paksa,
dan berkata dengan tenang,
"Kamu akan ngerti gimana rasanya di liburan musim
panas tahun depan."
Pendeknya, kulihat kalendar, sambil membatin "Setelah
liburan musim panas selesai ada ujian."
Mendadak ada yang melintas di pikiranku.
Sesudah itu Liz memerah tanpa alasan yang jelas, dan
menundukkan kepala. Melihat situasi ini, dengan
nadanya yang dingin, Sinon menyambung penjelasan,
"Walau aku masih kelas dua, aku mengerti perasaan Liz
dan Asuna, bagaimanapun, aku ingin bekerja nantinya.
Meski... meski memperhitungkan dunia nyata, kita harus
mulai melihat kenyataan. Aku gak bilang aku benci atau
gak mau tumbuh dewasa, tapi kalau begini terus, akan
ada masalah lain yang muncul."
"M-Masalah?"
"Iya, masalah, «Alliance» kita mau diapain?"
"Ah? Alliance?"
Mendengar kata asing ini, sekali lagi pikiranku tersesat.
Apa itu asosiasi ALO? Tapi aku gak pernah dengar...
Diam-diam melirikku saat aku sedang berpikir, Sinon
berucap,
"Singkatannya ―― KKA, nama resminya adalah Kirito
Kataomoi Alliance." [3]
"..........................................................."
――Dalam situasi semacam ini, mampu merespon dengan
baik adalah keahlian yang tak pernah kulatih, jadi aku
hanya bisa berdiri membeku di sana, tapi kalau dipikir
lagi, mungkin ini salah satu dari sedikit solusi yang
ada...
Di sisi lain, buat Sinon mengatakan hal ini... Aku perlu
bilang aku tidak terkejut dengan Sinon. Dengan tekad
seteguh ini, tidak mengejutkan bagi dia untuk menjadi
sniper terkuat di GGO.
Sinon mempertahankan wajah tegangnya,
membentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan
mengaku,
"Meski agak sedikit terlambat, tapi sejujurnya, aku dan
Liz, Lyfa, Silica diam-diam membuat alliance bersama,
melindungi kamu dan Asuna. Lagian, gak ada yang yakin
bisa menghadapi Asuna dengan percaya diri."
Di momen ini, Asuna yang duduk di sebelah kananku,
mendadak jadi 80% malu, dan 20% sisanya adalah
ekpresi yang tak kumengerti, kepalanya menyusut, dan
di sebelah kiriku, Alice, bertingkah bagai ksatria,
menekan perasaannya agar orang lain tak bisa membaca
ekspresi wajahnya sambil terus minum teh.
Yang membuka mulut setelah Sinon adalah Lyfa. Berbeda
dengan Sinon, wajahnya merah, dan dengan sayu dia
berkata,
"I-Itu... Aku puas hanya dengan di sisi Onii-chan. Tapi
waktu kami di ALO, saat aku minum teh bersama Liz dan
Sinon, semuanya terlihat galau. Berada di sisi Onii-chan
saja sudah susah, dan suatu hari nanti, Onii-chan akan
pergi untuk melanjutkan sekolah atau mencari pekerjaan.
Dan perlahan-lahan mulai jarang main bareng kami dan
gak datang ke ALO lagi. Lingkungan di sekitar kita
pelan-pelan berubah... dan akhirnya... mungkin saja
perasaan ini sekalipun akan menghilang... ya kan?"
Tiba-tiba, Lyfa menitikkan air mata, aku pun merasa
dadaku sempit.
Silica, yang ada di sampingnya, menunduk ke bawah
sambil menggenggam tangan Lyfa, dan mulai berkata,
"Ka... kami juga tahu kalau gak ada solusi gampang
untuk ini, tapi kita gak ingin pasrah saja sebelum
selesai."
Saat ini... ketika kami sedang menangis bersama, Alice
berujar,
"Dunia nyata bukan cuma satu."
"Eh......."
Kupandang wajah ksatria itu sekali lagi, senyuman
samar nampak muncul dari pipi putihnya. Alisnya yang
tadi terkulai bergerak ke atas, dan ia memandangku
dengan matanya yang biru kobalt.
"――Buatku, dunia nyata atau UW, keduanya adalah
kenyataan, dan dalam kenyataan kita gak bisa mengubah
arus waktu."
"I-Ini... ini benar-benar........."
"Aku sendiri datang menghadap Asuna, menundukkan
kepala dan memohon kepadanya, untuk memberikan
mereka... bukan, 'kami' satu kesempatan untuk hidup di
kenyataan yang lain, supaya di dunia nyata, kami punya
kenangan indah yang bertahan sampai akhir hayat. Dan
kalau bisa, juga memberikan kami sesuatu yang bisa
jadi bukti nyata."
Ucapan Alice sungguh sulit dimengerti, jadi aku cuma
bisa mendengarkan, dan akhirnya menghadap Asuna,
gadis yang kutemui pertama kali, dan yang melalui
banyak petualangan bersamaku, ia mengangkat
kepalanya, dan memandangku dengan matanya yang
berwarna kemiri.
"......Aku cukup khawatir, aku juga telah banyak
merenung, tapi... aku dan Kirito, Alice, Sinon, Lyfa, Liz,
Silica, juga Yui, jika semuanya bisa bahagia... Jika hal
semacam ini sungguh ada, maka aku akan mengulurkan
tangan... dan mencobanya......"
"Semuanya... bersama."
Di depan aku yang bergumam sendiri, Lisbeth
melanjutkan dengan nada yang sama saat ia mulai
bicara,
"Karena itu, semuanya Dive in bersama ke UW memakai 6
unit STL."
Dia tersenyum bersemangat,
"Kami semua bisa menikahi kamu karena dunia ini!"
Dan Yui yang masih duduk di pangkuanku, tiba-tiba
berbalik dan berucap,
"Walau aku masih sedikit ragu, tapi karena etika dan
peraturan di dunia nyata gak berlaku di tempat ini, maka
ini bukan termasuk ketidaksetiaan, Papa."
Untuk beberapa saat, yang bisa kulakukan hanyalah
memegang cangkirku sambil duduk terdiam di kursi. Aku
bahkan tak berpikir sedalam ini, dan tidak bisa
memastikan apakah ini kenyataan atau mimpi yang
dibangun oleh STL.
Tetapi aku gak bisa duduk begini terus, jadi lebih baik
kuangkat kepalaku, dan berucap,
"Itu... sebentar, boleh aku memastikan fakta paling
sederhana terlebih dulu......?"
"Silakan," adalah jawaban Sinon.
"Setahuku, sistem pernikahan di UW... itu, gimana
bilangnya, bukannya sistemnya itu satu suami satu
istri?"
Alice yang menjawab.
"Benar, tapi ksatria tingkat tiga dan atasnya bukan
subyek dari larangan ini, ditambah lagi kamu, apa
namanya... «Account»? Kewenanganmu harusnya lebih
tinggi dari kaisar."
"......Begitu."
Mengangguk, aku sekalipun tak bisa menemukan jalan
untuk kabur.
Dengan canggung kupandang ketujuh gadis yang ada di
meja satu per satu, lalu kugunakan ekpresi dan suaraku
yang paling serius, dan berkata pelan,
"......Kenangan... eh, itu... sebenarnya, aku sungguh gak
punya kualifikasi macam itu... tapi aku sangat senang
buat perasaan kalian, meski ini terlalu tiba-tiba, jadinya
aku masih gak tahu gimana caranya buat mengatur
perasaanku dengan benar, namun kalau untuk kenangan
indah itu, hal semacam pernikahan, dan kebutuhannya,
maka kita gak punya waktu lagi... masalahnya adalah
kita Dive setelah sore, kalau kita semua buru-buru
pulang malam ini, maka masih tersisa empat atau lima
jam lagi, jadi apa aku harus bergegas mengambil baju,
atau meminjam saja?"
Usai mengutarakan pendapat, akhirnya aku merasakan
kesadaran hatiku.
Pernikahan di UW, dibandingkan pernikahan diantara
player di sistem ALO, bobot yang direpresentasikannya
sama sekali berbeda. Tapi di kenyataan lain, pernikahan
sungguhan, bila dengan melakukan ini, cewek-cewek itu
bisa mendapatkan kenangan indah yang bertahan
sampai akhir hayat, maka aku――
"...Pertama-tama, ayo ke gereja terbesar di Centoria! Aku
akan..."
Saat aku mengatakan itu dan mulai beranjak, Asuna
menarik lengan bajuku.
"........?"
"Tentang itu... Kirito, menurutku kita gak perlu buru-
buru."
"Eh, tapi kita cuma punya waktu kurang dari lima jam
lagi..."
"I-Itu... aku lupa bilang tadi... tapi..."
Asuna melanjutkan,
"Saat ini, UW memiliki akselerasi 10000 kali, jadi kita
punya waktu lima puluh ribu jam lagi, jadi..."
Yui akhirnya bilang,
"Dua ribu delapan puluh tiga hari, kira-kira lima tahun
delapan bulan."
(Selesai)